Buku Ber-ISBN Ke-5 : Gurit Pepeling

24 Juli 2022 1 komentar

Assalamu’alaikum Waraohmatullahi wabarokatuh… Salam Santun segenap tamu istimewa

Alhamdulillah saya masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk hadir dan menyapa sahabat literasi semuanya. Kali ini saya akan share atau istilahnya unboxing buku berISBN saya yang kelima, yaitu: Gurit Pepeling.

Buku ini terbit pada bulan Mei 2022 dan diterbitkan oleh Penerbit CV badan Penerbitan PGRI Provinsi Jawa Tengah. Buku tentang Puisi Bahasa Jawa ini terdiri dari 53 halaman terdapat 50 Geguritan dengan tema tentang kecintaan dan kasih sayang terhadap anak anak didik.

Untuk Isi dan materi buku ini akan saya sampaikan pada waktu yang akan datang ya. Mohon bersabar. 

Kategori:Buku

Buku Ber-ISBN Ke-4 : Google Earth Media Pembelajaran Inovatif dalam Pembelajaran Jarak Jauh

Assalamu’alaikum Waraohmatullahi wabarokatuh… Salam Santun segenap tamu istimewa

Alhamdulillah saya masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk hadir dan menyapa sahabat literasi semuanya. Kali ini saya akan share atau istilahnya unboxing buku berISBN saya yang keempat, yaitu: Google Earth sebagai Media Pembelajaran Inovatif dalam Pembelajaran Jarak Jauh (Daring).

Buku ini terbit pada bulan Oktober 2020 dan diterbitkan oleh Penerbit Cipta Gading Artha. Buku tentang pengalaman baru dengan Google Earth ini terdiri dari 51 halaman.

Untuk Isi dan materi buku ini akan saya sampaikan pada waktu yang akan datang ya. Mohon bersabar.

Kategori:Buku

Belajar dari Kegagalan Menuju Kesuksesan ( Resume Ke-23 )

Selamat pagi para tamu istimewa dan sahabat literasi semua. Salam Santun.

Tanpa terasa kita sudah memasuki pertemuan yang ke-23 Pelatihan belajar menulis daring via WA. Semoga masih semangat dan semangat. Narasumber malam ini adalah Bapak Sigit Suryono, S.Pd, M.Pd.
Kepsek SMP N 1 Wonosari, Gunungkidul, DIY, Indonesia.
Lahir di Sleman, 20 Nopember 1976. Beliau adalah Ketua MGMP IPA SMP Kabupaten Gunungkidul dan Duta Rumah Belajar Kemdikbud.

Tepat pada tanggal 20 Nopember 2020 kemarin Bpk. Sigit Suryono termasuk 5 besar guru inovatif pada even yang diselenggarakan oleh Kemdikbud maka merupakan salah satu anugrah terindah di hari ulang tahun beliau yang ke-44, dan itu merupakan ultah kedua mendapatkan apresiasi dari kemdikbud. Untuk yang pertama saat gupres tahun 2015 yang diselenggarakan di bulan Nopember tidak seperti biasanya di bulan Agustus. Tanggal 20 Nopember 2015 beliau mengikuti tes tertulis dan wawancara di gupres dan alhamdullilah tanggal 22 Nopember 2015 saat diumumkan terpilih jadi juara 1 guru berprestasi tingkat nasional. Waow…luar biasa!

Oh iya. Bagaimanakah sebenarnya untuk mencapai semua prestasi itu? Terus apa sih kunci keberhasilan bisa mencapai itu semua? Beliau akan sedikit bercerita tentang masa lalunya yang penuh dengan kegagalan, terpinggirkan, dan juga bukanlan orang yang menonjol. Beliau mempunyai orang tua yang berprofesi sebagai guru SD dan sangat disiplin dalam membimbing dan mengawasi untuk belajar. Rangking satu selalu diraih saat SD, namun bertolak belakang saat SMP maksimal rangking 24 dari 44 siswa dalam satu kelas, bahkan pernah di 43, 41, dan 39. benar-benar masa yang sulit. Namun persahabatan di SMP sampai saat ini masih membekas tidak mengenal rangking, dan status sosial. Saat SMA rangking beliau pun jauh dari asa. Maksimal pernah rangking 8 yang lainnya diatas 20. Di Kampus bahkan hampir DO saat kuliah S1 Pendidikan Fisika di UNY dan lulus 7 tahun, pernah dapat IPK 1,28 malu juga kalau lihat saat belajar jadi siswa.

Setelah selesai S1 beliau langsung melanjutkan ke S2 mengambil jurusan TP mungkin inilah era dimana merasakan jadi orang hebat saat bisa menyelesaikan dengan waktu 33 bulan dengan IPK 3,8 dengan hasil cumlaude yang merubah cara pikir dan pandangan beliau:

” Orang akan sukses jika dia fokus dan senang dengan apa yang dikerjakannya.”

” Orang akan sukses jika bisa fokus pada bidang yang dia bisa ditekuni dan dilakukan inovasi terus menerus.”

Pengalaman gagal saat di masa sekolah sampai kuliah di S1 benar-benar membekas dan itu mempengaruhi cara mengajar pada anak-anak. Beliau termasuk orang yang tidak akan membeda-bedakan anak karena prestasi akademiknya. Beliau cenderung sebagai motivator bagi mereka karena pengalaman hidupnya saat SMP jadi juara 3 dari belakang, dll. Saat beliau menjadi guru SMP Negeri 1 Wonosari tahun 2005 saat itu baru menempuh S2 dan hampir selesai. Beliau lulus S2 tahun 2006, dan setelah lulus S2 mulai fokus pada pekerjaan di SMP Negeri 1 Wonosari sebagai guru IPA dan Guru TIK. Saat mengajar inilah pengalaman semakin bertambah dan sering melakukan kolaborasi dengan siswa untuk melakukan riset tentang pembuatan media, maupun tentang berbagai model pembelajaran. Tahun 2006 saat pertama kali memiliki kenangan saat ikut kompetisi Simposium tingkat Propinsi DIY yang isinya orang-orang hebat semua. Mereka Pengurus MGMP di semua mapel, sementara saya guru baru, yang mendapat sampur untuk ikut kegiatan tersebut dikarenakan menggantikan guru di sekolahnya yang mengundurkan diri. Pengalaman bertemu orang hebat inilah saatnya untuk “Belajar.” Beliau banyak membuat catatan kecil bagaimana orang berbicara, presentasi, dan menyampaikan ide dan pemikiran dan gagasan ilmiah dalam kegiatan tersebut. Dalam simposium ini pak Sigit masuk peringkat terakhir dari semua peserta lomba untuk mapel IPA. Meskipun ada rasa kecewa, namun pengalaman yang didapatkan ternyata tidak sedikit.

Tahun-tahun tahun berikutnya beliau pun mulai sudah jadi langganan untuk mengikuti berbagai lomba tingkat nasional. Ada 7 kali lomba yang di ikuti sebelum gupres tahun 2015 yang tentu bisa di tebak hasilnya adalah “gagal” dan “kalah”. Setiap even lomba tersebut beliau catat kenapa sampai “gagal” baik dari sisi presentasi, fokus presentasi, cara presentasi, membuat presentasi yang efektif, dan seterusnya. Sehingga setelah dari tahun 2006 sampai tahun 2015 formula tersebut bisa saya dapatkan dan Alhamdulillah sejak tahun 2015 sampai tahun 2020 setiap even lomba yang diikuti bisa meraih hasil sesuai dengan harapan.

Jika sedikit menengok ke tahun 2011 saat pak Sigit bertemu dengan Omjay, dan mas Agus Sampurna di Even Evaluasi Pelaksanaan Rumah Belajar di Bogor. Saat itu adalah saat belum tahu omJay itu seperti apa dlsb. Mungkin lupa atau bagaimana. Pak Sigit bercakap banyak dengan omJay dan omJay memberi hadiah sebuah buku yang judulnya “Menjagi Guru Tangguh Berhati Cahaya”saat itu beliau belum banyak catatan portofolio yang tersusun rapi namun sudah memiliki banyak blog karena memang sejak tahun 2005 mengajar blog ke siswa-siswi SMP tempatnya mengajar.

Dari pertemuan itulah beliau punya keingian memiliki web yang digunakan untuk mencatat seluruh aktifitasnya yang bisa dijadikan portofolio perjalanan sebagai pendidik, peneliti, pengembang media pembelajaran, dlsb. Maka di tahun 2012 beliau pun akhirnya memiliki seluruh catatan aktifitas ilmiah yang dicatat di web yaitu http://www.ciget.info. Web inilah yang mengantarkan beliau bisa meraih mimpi menjadi juara 1 gupres di tahun 2015, kemudian menjadi Duta Rumah Berlajar Terinteraktif tahun 2018, Duta Sains PPPPTK IPA, Sarjana Adi Manggala Bidang Pendidikan dari UNY dan terakhir adalah menjadi Guru Inovatif SMP Tahun 2020. Kunci keberhasilan beliau adalah : 1. Fokus, 2. Senang meneliti, 3. Mencatat semua aktifitas ilmiah di Blog.

Kaitannya dengan Kegiatan Aprsiasi Guru dan Kepala Sekolah di tahun 2020 ini surat edaran yang diterima tanggal 26 Oktober kemudian penyerahan berkas tanggal 1 – 10 Nopember 2020. Bagi beliau waktu tersebut sangat longgar karena portofolio saat gupres dan kegiatan apresiasi sarjana alumni berprestasi dari UNY sudah ada di file semua tinggal bikin essay. Namun harapan tersebut ternyata tinggal harapan karena tanggal 5 Nopember 2020 secara tiba-tiba dan tidak tahu sebabnya laptop Pak Sigit terkena bitcloker (Virus ganas) sehingga mati total. Sementara data di HD baru 5% yang telah diunggah di drive. Maka pusing tujuh kelilinglah. Mau mundur malu karena sudah menyampaikan ke teman-teman di sekolah kalau sudah siap ikut kegiatan tersebut, mau maju file hangus semua. Maka beliau pun 2 hari blong tidak bisa kerja apa-apa. Kemudiaan beliau download dan baca ulang aturan dari kegiatan apresiasi itu dengan seksama dan beliau pun mencoba waktu 3 hari untuk mengerahkan 200% pikiran, perasaan, fokus, dan juga kemampuan utuk secara cepat menyusun portofolio dan semua kegiatan yang pernah dilakukan. dan beliau pun fokus ke Web untuk memulai lagi menyusun berkas sesuai dengan syarat tersebut dan menyecan kembali berkas-berkas pendukung yang cukup banyak. Alhamdulillah bisa selesai tepat waktu.

Sedikit tips dari Pak Sigit Suryono agar sains bisa dicintai oleh siswa adalah dengan cara membelajarkan dari lingkungan di sekitar anak, dan sering melakukan pembelajaran dengan beraneka model, kadang praktikum, kadang menggunakan MPI, kadang menggunaan android, dll yang jelas pembelajaran tidak boleh monoton harus bervariasi.

Menjadi duat sains apakah merupakan prestasi puncak yang menjadi cita-cita? “Bukan” ini merupakan bonus saja saat kita selalu berinovasi dan menginsprirasi banyak orang dan terus belajar, belajar dan belajar, baru kemudian berkolaborasi dan berbagi. Untuk prestasi puncak sudah beliau raih tahun 2015 saat menjadi Juara 1 Gupres SMP Tingkat Nasional.

Bagaimana langkah untuk menyikapi kegagalan? Adalah dengan mencatatat kenapa kok bisa gagal, apakah karena persiapan kurang? Apakah karena powerpoint tidak fokus pada materi yang seharusnya kita presentasikan? Apakah kita tidak fokus pada materi yang harus kita presentasikan? Apakah pembahasan kita dangkal?, Apakah kita sudah mempersipkannya dengan maksimal? Dan banyak lagi kemungkinan yang harus dicari dan dipelajari untuk dicari solusinya.

Intinya saat kita gagal : ” Pelajarilah kenapa kita gagal,” Catatlah sumber kegagalah dan perbaikilah di masa yang akan datang. Pasti suatu saat akan sukses dan akan bisa jitu saat mengikuti setiap event kompetisi yang kita hadapi.”

Untuk menjadi guru berprestasi apa sih yang harus dilakukan? Yang dilakukan adalah: “Belajar, belajar, belajar, berkolaborasi dan berbagi,” dalam setiap kegiatan yang kita lakukan. Kemudian secara teknisnya : 1) Pelajari pedoman guru berprestasi 3 tahun sebelum kita mengikuti seleksi guru berprestasi, kemudian siapkan portofolio sesuai dengan petunjuk dari pedoman tersebut, saat beliau tahun 2015 untuk portofio 8 tahun, untuk sekarang 3 tahun terakhir. 2) Buat Penelitan atau best practice sesuai dengan petunjuk di portofolio, 3) Buatlah video pembelajaran terbaik selama 3 tahun terakhir, 4) Belajarlah 4 kompetensi guru. 5) Buat presentasi sesuai dengan buku pedoman.

Saat menjadi juara gupres tahun 2015 beliau sudah mulai menyiapakan portofolio sejak tahun 2008, semua undangan, surat keterangan, piagam setiap kegiatan sudah diadministrasikan dalam stopmap plastik yang itu sangat mendukung sekali saat mengikuti seleksi Gupres tahun 2013. Saat itu Pak Sigit baru peringkat 2 di Kabupaten Gunungkidul. Kemudian selama 2 tahun beliau tingkatkan frekuensi kegiatan, karya inovasi dll, sehingga saat maju kembali tahun 2015 sudah siap tempuh. Jadi persiapan lomba tidak mendadak namun sudah dipersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya.

Kiat dari Pak Sigit agar bisa sukses adalah: “Mau mendengar kritik dan saran dari banyak Orang, “Mau belajar dari siapapun baik dari teman sejawat, dengan siswa terlebih dengan para ahli yang sudah teruji.” “Kosongkan dan turunkan ego sehingga kita bisa menerima ilmu dari siapapun.” “Jangan angkuh dan merasa paling hebat, karena di luar sana banyak orang yang lebih hebat dari kita. Berusahalah secara maksimal, kegagalah hanyalah keberhasilan yang tertunda.

Demikian resume ke-23 hasil menyimak materi kuliah belajar menulis dengan narasumber yang luar biasa Bpk Sigit Suryono, S,Pd.MPd. Semoga ini bisa menginspirasi dan memotivasi kita semua. Salam literasi tiada henti dan … Salam santun.

Dari Kisah Perjalanan Hidup Menjadi Buku Biografi ( Resume Ke-22 )

25 November 2020 1 komentar

Selamat pagi segenap tamu istimewa dan sahabat literasi semua. Salam santun.

Pagi ini saya akan menyampaikan resume ke-22 hasil mengikuti pelatihan belajar menulis via WA PGRI gelombang 16 tadi malam. Berbagi ilmu dengan narasumer seorang kepala sekolah berprestasi yaitu Bapak Suparno, S.Pd., M.Pd. Beliau adalah jebolan alumni kelas belajar menulis Omjay gelombang ke-3.

CV Narasumber :

Nama : SUPARNO, S.Pd.,M.Pd
TTL: Magetan 25 Juli 1966
Alamat: Desa Pojoksari RT 21 RW 3 Sukomoro Magetan.

Karir, menjadi Guru 25 th.
Kepala Sekolah 5 tahun
Pensiun insya Allah 2026.

Prestasi yang pernah dicapai;
Lulus terbaik D3 IKIP Surabaya tingkat jurusan th 89.
Lulus terbaik tingkat jurusan S1. Universitas Wima th 1996.

Guru Berprestasi Tingkat Kabupaten tahun 2011 Juara 2
Narasumber Nasional Guru Pembelajar 2016 s.d 2018

Jejak Literasi;

  1. Perjuangan Hidupku, Telaga ilmu, 2019.
  2. Pranatacara lan Pamedhar Sàbda
  3. Potret Desa Pojoksari
  4. Permasalahan BK di Sekolah.
  5. Catatan harian seorang Kepala Sekolah
  6. Catatan Kepala Sekolah.

Dari berbagai materi yang belum disampaikan oleh Narasumber dalam kelas GWA ini sepertinya adalah menulis buku Biografi. Untuk itu pada kesempatan ini beliau mengangkat topik ini. Resume ini merupakan materi dari Narasumber yang saya tuliskan kembali dengan sedikit perubahan di sana-sini namun tidak mengurangi makna secara keseluruhan.

Biografi berasal dari kata biography artinya riwayat hidup sedangkan autobiography adalah riwayat hidup yang ditulis sendiri. autobiography kb. (j. -phies) riwayat hidup yang ditulis sendiri.

Apa manfaat menulis biografi?

  1. Mengabadikan riwayat hidup kita, sehingga kalau kita sudah meninggal anak cucu kita, akan mengetahui bahwa kakeknya dulu semasa hidup di dunia ceritanya begini.
  2. Dari pengalaman yang baik pada diri kita bisa menjadi pembelajaran bagi orang orang setelah kita. Sehingga menjadi ilmu jariah bagi kita.
  3. Menjadi motivasi berprestasi bagi kita, karena suatu saat ingin menambahkan riwayat hidupnya menjadi cerita berprestasi lainnya.
  4. Rasanya rugi segudang prestasi yang anda miliki kalau tidak dituliskan akan lenyap ditelan jaman.

Bagaimana memulainya?
Awali dengan membaca biografi orang-orang ternama, maka kita akan terinspirasi mengenai gaya penulisannya, lay outnya, dan cerita-cerita apa yang penting untuk dituliskannya. Setidaknya bacalah dua buku biografi, lebih banyak tentu lebih baik sehingga kita bisa membandingkannya mana yang paling memberi kesan atau disukai.

Setelah sebelumnya Pak Suparno membaca biografinya pak Chairul Tanjung “Si Anak Singkong.” Kemudian buku teman yang seorang kepala sekolah judulnya “Transformasi Kehidupanku,” maka menginspirasi dan memotivasi beliau sehingga akhirnya terbitlah buku autobiografi beliau yang ditulis tahun 2019 bertajuk ” Perjuangan Hidupku.”

Setelah selesai mebaca kedua buku biografi tersebut sampai tuntas, maka kemudian beliau segera menulis outline buku biografi miliknya.

Itu contoh outline dari buku Pak Suparno “Perjuangan Hidupku”. Buku ini setebal 173 halaman. Ditulis dalam waktu 1 bulan. Karena semuanya pernah dialami, maka tulisannya mengalir alami seperti aliran sungai di pegunungan yang jernih dan belum tersentuh tangan jahat manusia.

Menulis buku autobiografi adalah tingkatan menulis yang paling mudah, karena semuanya sudah dialami atau dilakukan. Jadi menulislah apa yang kita pernah lakukan, yang pernah dirasakan, yang kita pikirkan, yang kita impikan, dan yang kita khayalkan. Menulis biografi termasuk apa yang pernah kita lakukan, sedang menulis novel termasuk apa yang kita khayalkan atau fiksi. Menulis fiksi agak sulit karena tidak dilakukan. Di sisi lain menulislah apa yang kita kuasai, menulislah yang kita sukai. Karena yang dikuasai dan disukai maka kualitas tulisannya menjadi lebih lengkap, detail dan berbobot.

Karena yang disukai maka menulis itu jadi merasa enjoy, senang sehingga kegiatan itu dilakukan secara terus menerus sehingga pekerjaan menulis cepat selesai. Karena yang dusukai maka menulis itu melibatkan rasa dalam hati sehingga bahasanya juga enak dibaca dirasakan dalam hati pembaca. Setelah membuat outline kemudian membuat jadwal menulis, misalnya setiap hari bagaimana harus menulis satu judul. Dan kita harus disiplin dan konsisten dengan jadwal itu. Tidak ada perkara besar yang bisa diselesaikan dengan tidak disiplin dan konsisten. Penulis itu memang orang hebat, orang luar biasa. Pemikirannya pasti melampaui kebanyakan manusia. Penulis itu pengetahuannya mendalam sedalam samudra , memiliki wawasan yang luas , seluas jagad raya. Oleh karena itu penulis hebat pasti memiliki kegemaran membaca. JK Rowling penulis buku Harry Potter sejak masa kanak-kanak sudah menjadi kutu buku, karena difasilitasi oleh orang tuanya. Pada usia 11 tahun sudah menulis buku. Penulis itu kadang-kadang dianggap sebagai orang aneh. Kadang rela bajunya sedikit, rumahnya sederhana, mobilnya sederhana, tapi bukunya banyak. Perlu juga beliau sampaikan barangkali bisa memotivasi, istri dan anak beliau pun juga menulis. Ini contoh tulisan istri Pak Suparno:

Yang Catata Harian Seorang KS ini diberi pengantar guru “spiritual” beliau menulis yaitu Omjay ( Pak Wijaya Kusumah ).

Ini buku novel anak saya, pernah difilmkan di sekolahnya dapat juara 2.

Kembali kepada jadwal menulis, setelah buku ditulis selanjutnya diedit, setelah itu mintakan pendapat teman untuk diedit ulang. Setelah itu kirimkan ke penerbit. Pilih penerbit mana yang menurut kita bisa mengantarkan buku kita untuk banyak dibaca atau dibeli orang. Kovernya dibuat yang baik dan artistik sehingga “Menjual”. Tunggu 15 hari buku kita sudah jadi. Di dalam buku autobiografi tidak usah dicantumkan daftar pustaka, karena di dalamnya berisi riwayat pengalaman hidup pribadi. Seperti halnya novel juga tidak dicantumkan daftar pustaka. Karena termasuk cerita fiksi yang terlahir dari daya imajinasi penulis. Silakan sahabat guru hebat Indonesia, membuat outline buku autobiografi 10 poin saja, yang nantinya penting untuk ditulis dalam buku. Termasuk judul bukunya. Sejak mengikuti GWA menulis ini dua buku yang sudah diterbitkan dan sekarang masih ada 2 judul dalam tahap edit, semoga dalam waktu dekat bisa diterbitkan.

Kriteria Buku Biografi yang baik :

  1. Yang selesai dituliskannya dan diterbitkan.
  2. Yang ada nilai edukatif.
  3. Yang menginspirasi pembaca untuk mengambil keputusan yang membuat dia melakukan terbaik tindakan dan perilakunya.
  4. Di situ ada prestasi yang menginspirasi

Buku biografi yang sudah terbit sejauh ini hebat semua, lebih lebih para tokoh, tapi kebanyakan mereka tidak ditulis sendiri.

Bahwa menulis buku biografi tidak harus hebat dulu, riwayat hidup dari kesederhanaan, kejujuran, keikhlasan, kedisiplinan, pengorbanan bisa diangkat menjadi topik yang menginspirasi. Kalau tidak ada yang baca setidaknya murid-murid, anak cucu kelak kemudian hari. Barangkali kita bisa belajar dari orang orang disiplin, dan apa hasil akhirnya. Belajar pada orang orang yang tulus ikhlas dan bagaimana hasil akhirnya. Seperti pesan Omjay yang dihafal oleh seluruh peserta, menulislah setiap hari dan buktikan apa yang akan terjadi.

Demikian kiranya resume ke-22 hasil mengikuti kuliah pelatihan belajar menulis gelombang 16. Semoga materi dari Bpk. Suparno, S.Pd MPd bisa menginspirasi dan memotivasi kita semua. Salam literasi tiada henti.

Menulis Dengan Hati, Menulis Tiada Henti ( Resume Ke-21 )

20 November 2020 6 komentar

Selamat pagi tamu istimewa dan sahabat literasi semua. Salam santun.

Memasuki resume yang ke-21 semakin asyik saja mengikuti pelatihan belajar menulis PGRI gelombang 16. Dan narasumber berikutnya adalah Ibu Rita Wati, S.Kom yang akan berbagi pengalaman menulis sebagai salah satu alumni grup belajar menulis gelombang 10. Beliau berasal dari Tanjung Pinang Kepri sekarang mengajar di SMP Negeri 2 Mendoyo Kab.Jembrana Provinsi Bali. Berikut CV Bu Rita Wati :

Cara Memilih Judul dan Tema agar Tulisan Kita Layak Terbit

Sebelum kita bahas bagaimana cara memilih judulnya, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa motivasi kita untuk menulis. Masing-masing penulis tentu memiliki tujuan dan motivasi yang berbeda-beda. Berikut ini ada 4 motivasi mengapa harus menulis:

  1. Motivasi pertama adalah orientasi pada Profit yaitu mencari keuntungan sebesar-besarnya, yaitu penulis dari awal memang memiliki niat menulis untuk mencari keuntungan, manambah income atau bisa jadi sebagai sumber mata  pencaharian. Hal ini tentu baik-baik  saja yang terpenting penulis harus mengikuti trend pasar dan keinginan penerbit. Jika penulis hanya  mengikuti seleranya sendiri dalam menulis maka tujuan untuk mendapatkan profit akan sulit untuk dicapai.            
  2. Motivasi kedua Nirlaba alias tidak mencari keuntungan, di sini penulis hanya sekedar mengapresiasikan hobinya saja. Penulis hanya sekedar menulis peristiwa atau kejadianya hanya singkat seperti peristiwa alam, gempa bumi, tsunami atau  biografi sendiri. Jika tulisannya seperti ini maka tulisanya akan sulit diterima di penerbit mayor sehingga bentuk tulisan seperti ini bisa dicetak sendiri, bayar sendiri, baca sendiri dan syukur-syukur  ada teman yang tertarik untuk membacanya.
  3. Branding/Promosi yaitu motivasi menulis  sebagai branding untuk menaikan pamor seseorang jika sudah memiliki karya tulisan. Sehingga terkesan lebih professional.
  4. Memenuhi regulasi/akreditasi menulis karena kepentingan untuk kenaikan pangkat, yang mewajibkan seseorang untuk menulis.

Nah, itulah motivasi atau alasan mengapa orang menulis, semua  alasan tersebut sah-sah saja karena setiap orang memiliki motivasi yang berbeda-beda. Di antara 4 motivasi tersebut yang harus diperhatikan jika tujuannya adalah  profit maka penulis harus memperhatikan judul dan tema agar tulisannya layak untuk diterbitkan, apalagi di penerbit mayor.

Mengapa tema itu penting ? Karena penerbit tidak akan menerbitkan buku yang tidak akan laku di pasaran maka sebaiknya pilihlah tema yang dicari pasar. Bagaimana cara memilih tema yang banyak dicari oleh pasar? saat ini sangatlah mudah tinggal mencari di http://trends.google.co.id/ maka kita bisa melihat trend  tema yang kita angkat, apakah naik turun, turun terus, stabil atau naik terus grafiknya. Nah di sini penulis akan mengetahui tema apa yang harus dia angkat agar tulisannya bisa tembus di penerbit mayor.

Selain itu ada beberapa kriteria penilaian  yang harus diketahui penulis. Masing-masing penerbit memiliki sistem penilaian yang berbeda-beda, tapi sebagian besar penerbit memiliki kriteria yang sama yaitu sebagai berikut:

  • Editorial (10%) Ternyata secara editorial tidaklah terlalu besar hanya 10%, jadi penulis pemula atau penulis belum terkenal jangan khawatir apalagi minder. 
  • Peluang Potensi Pasar (50-100) Nah ternyata yang besar adalah Peluang Potensi Pasar. Jika trendnya bagus penerbit tidak akan ragu untuk menerima naskah dari kita.
  • Keilmuan (30%).  Nah selain itu penulis harus memiliki keilmuan  dan sumber refeferensi yang mumpuni tentang tema yang diangkat.
  • Reputasi Penulis (10%) Reputasi ternyata nilai hanya 10% tidak terlalu mempengaruhi. Jika dosen reputasinya bisa dilihat dari  scholar.google.co.id jika bukan dosen bisa dilihat dari media sosialnya FB, Twitter, Instagram berapa teman dan followernya, jika menjadi admin yang followernya banyak bisa menjadi peluang besar. Jika tidak berkolaborasi dengan penulis terkenal maka secara otomatis reputasinya akan ikut terangkat.

Dari 4 penilaian tersebut yang dicari penerbit adalah tema populer dan penulis populer. Tapi jangan berkecil hati jika penulisnya belum populer maka carilah tema populer. Penerbit akan benar-benar menolak  jika tema tidak populer penulis tidak populer.

Sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi penulis yang tidak terkenal atau penulis pemula, agar tidak di tolak  mentah-mentah oleh penerbit maka menulislah tema populer. 

Jika masih ingin menulis lepas, bebas tanpa beban tapi ingin memiliki buku maka penulis masih bisa menerbitkannya dengan cara menerbitkan buku sendiri yaitu melalui penerbit indie.

Aktifitas Bu Wati selama ini selain menulis adalah akti membuat video tutorial tentang tips dan trik praktis yang telah dikuasainya via youtube.

Awal mula beliau sebenarnya ingin menjadi penulis sudah terbesit sejak lama ketika menginjakkan kaki di Yogyakarta tahun 2001. Ketika itu teman sekosnya telah menjadi seorang penulis. Melihat beliau aktif menulis sudah terbesit keinginan ingin ikut-ikutan menulis. Akan tetapi ketika itu beliau tidak tahu harus memulai dari mana, dan mau menulis apa.

Karena kebersamaan beliau dengan sahabat hanya sebentar dan memutuskan menikah muda, akhirnya keinginan tersebut lama terpendam. Baru pada tahun 2005 kembali terbesit lagi keinginan menulis karena saat memasuki masa kuliah sering diajak menjaga stand bazar buku. Sambil menjaga stand sambil membaca buku sehingga keinginan untuk menulis menggelora bangkit kembali.

Beliau pun mulai mencoba untuk menulis cerpen ala sendiri dan puncaknya ingin menulis novel hingga sudah ditulis sebanyak 80 halaman. Tetapi… ada tapinya saat itu masih merasa malu menunjukkan tulisan kepada orang lain. Masa-masa kuliah teman-teman sering meminjam komputernya. Sangking khawatirnya tulisan beliau dibaca oleh mereka akhirnya semua tulisan, diberi password supaya aman… hehe

Begitulah ketidakpedean beliau saat itu. Karena tidak pernah PD tulisan di baca oleh orang lain akhirnya menjudge diri sendiri bahwa beliau tidak bakat menulis.

Tahun 2005 blog juga sudah mulai booming, sebagai mahasiswa komputer tentu saja juga memiliki keinginan untuk memiliki jejak digital. Akhirnya membuat blog masih banyak tapinya tahun itu kalau kita mau menggunakan internet kita masih harus ke warnet. Dan terjadilah blog yang beliau buat untuk pertama dan terakhirnya karena malas ke warnet.

Sekian lamanya tidak pernah memikirkan blog dan menulis lagi, karena sudah merasa tidak berbakat akhirnya tahun 2011 kembali lagi membuat blog. Seperti keinginan semula ingin memiliki jejak digital. Bulan pertama bisa memposting 6 tulisan, bulan berikutnya semakin berkurang 3 tulisan semakin lama kembali blog diabaikan.

Tahun 2013 mulai diberlakukan Kurikulum Baru secara bertahap di mana Mapel TIK dihapus. Sebagai guru TIK beliau ikut galau sehingga ketika ada lomba English Essay di UNDIKSHA dengan tema kurikulum 2013 beliau ikut menulis essay walaupun kemampuan Bhs Inggrisnya tidak seperti guru Bhs Inggris tetapi beliau PD saja yang terpenting pada saat itu bisa mengungkapkan uneg-uneg jika Mapel TIK dihilangkan maka akibatnya siswa akan mengalami buta teknologi. Jika pun ada yang mampu menggunakan secara otodidak jumlahnya hanya terbatas.

Dalam lomba tersebut beliau tidak menyangka menjadi finalis, dimana hampir semua peserta dari guru Bhs Inggris. Itulah awal prestasi dalam menulis. Berikut tulisan essaynya https://teruslahmenulis.blogspot.com/2014/03/he-elimination-of-information.html

Akan tetapi lagi dan lagi itulah tulisan terakhir hingga benar-benar vakum sampai pandemi datang. Ibarat kata Omjay blognya sudah penuh sarang laba-laba, ibarat rumah yang telah ditinggal hingga sekian lama. Hikmah dari pandemi akhirnya tahun 2020 Bulan April inilah awal keaktifan beliau ngeblog lagi. Mulai mengaktifkan blog untuk mengisi materi tapi hanya bertahan 3 postingan kembali penyakit malas menghantui.

Mulailah beliau mengikuti webinar pada tanggal 27 April dan kebetulan acara di buka oleh Prof.Unifah Ketum PGRI pusat, dan menyampaikan jika ada pelatihan menulis pesertanya dari seluruh Indonesia dan menyinggung dari Provinsi Bali masih sedikit. Saat itu beliau mulai tertarik untuk join di group Belajar Menulis yang di pelopori oleh Omjay. Padahal selama gelombang 1-10 selalu mendapatkan link untuk join group menulis karena Omjay selalu mengeshare di Group Elearning Guru TIK Bali. Tapi beliau baru bergabung di gelombang 10.

Saat bergabung ternyata sudah telat sehari, beliau masih bingung ini group pelatihannya lewat WA, hanya membaca text , di siang hari pada saat bulan puasa. Sambil jalan melihat teman-teman memposting tulisan di group beliau mulai mengerti jika setiap materi peserta harus meresume dan posting di blog masing-masing.

Alhamdulillah berkat belajar meresume di Kelas Belajar Menulis Bersama Omjay beliau menjadi aktif menulis resume walaupun bukan materi di kelas belajar sehingga hadiah buku, termos, souvenir lainnya mulai didapat di acara lain. Nah, kiat untuk mendapatkan reward beliau share di blog kompasiana dengan judul 4 Cara Mendapatkan Reward.

Reward adalah pemberian imbalan / penghargaan / hadiah, dari seorang bos kepada karyawannya dengan tujuan agar karyawan menjadi senang, giat, semangat, dan lebih rajin dalam bekerja di perusahaan. Reward itu tidak hanya diberikan diperusahaan tapi dalam proses belajar-mengajarpun demikian, pemberian reward sangat diperlukan agar siswa lebih giat lagi dalam belajar.

Mengapa perlu adanya reward karena jika seseorang diberi reward atau seorang siswa di beri reward dampaknya akan sangat besar. Selain menambah semangat bagi orang yang menerima reward, juga memancing karyawan lain atau siswa lain untuk lebih giat lagi dalam bekerja atau belajar karena mereka juga ingin mendapatkan reward selayak temannya yang telah mendapatkan reward.

Hal ini tentu saja tidak berlebihan, karena secara logika sebuah perusahaan yang memberikan reward hanya memerlukan jumlah uang yang sedikit saja untuk menyediakan reward akan tetapi dampak yang dirasakan sangat besar. Seperti contoh seorang bos memberikan reward berupa bonus misalkan Rp.250.000,- karena karyawan tersebut telah berhasil melampaui target penjualannya. Dengan mengeluarkan uang tersebut bos perusahaan sudah mendapatkan laba yang jauh lebih besar dari pada reward yang ia berikan.

Hal ini memberikan dampak positif kepada perusahaan dan memacu karyawan lain untuk lebih giat promosi agar mencapai target penjualan sehingga iapun akan mendapatkan reward seperti temannya. Bagaimana dengan siswa, jika seorang siswa berhasil mengerjakan tugas dengan sempurna dan guru mengapresiasi dengan reward maka siswa tersebut akan jauh lebih semangat pada pertemuan berikutnya. https://9260f9890414dc1387ba2db86418db23.safeframe.googlesyndication.com/safeframe/1-0-37/html/container.html

Walaupun hanya sebuah kalimat, akan tetapi dampak psikologis yang dirasakan siswa akan mempengaruhi semangat belajarnya. Seperti contoh guru memberikan reward sebuah kalimat sanjungan :

“Luar biasa, ibu sangat bangga dengan hasil tugasmu, sangat sempurna.”

Mendengar kalimat tersebut saja siswa sudah merasa bahagia yang tidak terkira, walaupun hanya sebatas ucapan selamat. Apalagi ucapan selamat itu di sampaikan oleh guru didepan murid-murid yang lain.

Jika guru menyediakan reward dalam bentuk barang semisal buku tulis, pulpen di saat pembelajaran , maka yang akan dirasakan kelas semakin hidup, karena siswa lebih termotivasi dalam belajar dan menjawab pertanyaan guru.Reward itu tidak hanya berlaku antara bos dengan karyawan saja atau  guru dengan siswa tapi lebih luas lagi antara orang tua dengan anak, dalam sebuah organisasi, dalam even-event tertentu dan lain sebagainya.

4 tips mendapatkan reward atau hadiah dari perusahaan

  1. Bekerjalah dengan jujur
    • Jujur adalah modal utama karyawan dalam bekerja, jika karyawan tidak jujur maka bersiap-siaplah untuk di rumahkan.
  2. Bekerja Keras
    • Karyawan yang bekerja keras akan mendapatkan perhatian yang lebih dari pemilik perusahaan.
  3. Bekerja Cerdas
    • Karyawan yang bekerja dengan cerdas maka hasilnya akan jauh lebih baik, lebih cepat dan lebih berkualitas dari karyawan yang bekerja asal-asalan.
  4. Bekerja Ikhlas
    • Tidak dipungkiri karyawan yang bekerja dengan tulus ikhlas untuk memajukan perusahaan hasilnya akan terlihat. Berbeda hasilnya jika karyawan bekerja hanya ingin mencari muka, atau hanya sebatas bekerja.
    • Seperti yang saya rasakan sendiri,  mendapat reward dari  Kang Guru Indonesia,  PSSDM dan AISEI berkat menulis membuat saya  sangat bahagia, merasa dihargai dan  menambah semangat saya dalam mengikuti kegiatan  selanjutnya.

Ketika ikut memeriahkan lomba blog dalam rangka HUT RI yang ke-75 Alhamdulillah mendapat kesempatan 8 besar.

Sambil berjalan akhirnya hingga kini beliau telah menerbitkan 2 buku solo, 1 calon buku duet bareng Prof Eko yang Alhamdulillah sudah dinyatakan di terima tanpa revisi oleh penerbit Andi. 5 buku antologi dimana 3 antologi beliau menjadi kurator yaitu the meaningfull true stories, Senandung Guru Jilid 1 dan 2.

Terakhir, berikut tips jitu berhasil menulis dari Bu Rita Wati. Tipsnya adalah konsisten dalam menulis yaitu belajar dari para narasumber. Masing-masing nara sumber memiliki trik jitu tentang menulis. Biasanya kita catat semua triknya dan kita kerjakan. Misalkan Omjay: ” Menulislah Setiap hari dan Buktikan apa yang terjadi” itu kita praktikkan. Itu.

Demikian para sahabat literasi resume kali ini yang cukup panjang namun bernas. Semoga bermanfaat, menginspirasi dan memotivasi kita semua. Salam santun selalu.

Kategori:Belajar Menulis

Peran Inspirasi dan Motivasi dalam Proses Menulis ( Resume Ke-20 )

Selamat pagi tamu istimewa dan sahabat literasi semua. Salam santun.

Kini tibalah saatnya posting resume ke-20 pelatihan belajar menulis gelombang 16 PGRI. Narasumbernya juga tampak luar biasa. Siapakah beliau? Tara… Beliau adalah Ibu Eva Hariyati Israel, S.Kom. Guru TIK di SMAN 1 Kota Kupang Nusa Tenggara Timur. Lahir di Kabupaten Sinjai Propinsi Sulawesi Selatan pada 21 september 1983. Beliau adalah alumni kelas belajar menulis gelombang 7. Satu angkatan dengan Ditta Widya Utami. Beliau juga salah satu sahabat rumah belajar tahun 2019 dan 2020 sama seperti Bapak Hamzah Ramdhani dari Sulsel.

Langkah tepat yang diambil Bu Eva untuk bergabung di grup belajar menulis Om Jay adalah untuk peningkatan kompetensi menulisnya. Setiap hari beliau berlatih menulis 3 paragraf pertama dari ide-ide yang dilemparkan Om Jay. Ada tema-tema seperti kucing, siomay, anak bayi, dan apa saja yang bisa memantik ide menulis di grup sehingga diharapkan bisa dirangkai kata hingga minimal 3 paragraf.

Keterampilan menulis pun menjadi semakin lancar hingga membuahkan hasil yang menggembirakan. Bu Eva bisa menunjukkan aksi nyata menulis dan melahirkan buku yang berjudul “Kelas Maya-Membangun Ekosistem E-Learning di Rumah Belajar”. Buku tersebut berhasil diterbitkan di Penerbit Andi. Wow sungguh luar biasa!

Bagaimana proses setelah buku dinyatakan diterima penerbit mayor? Beliau menceritakan bahwa setelah buku dinyatakan diterima, mulailah proses editing pertama oleh pihak penerbit dengan beberapa tahapan sebagai berikut:

  1. Editing Sampul. Sampul dibuat disesuaikan dengan materi yang ada dan kebutuhan pasar agar tertarik dengan melihat sampulnya. Jadi penulis tidak kerepotan membuat sampul. Saat sampul pertama kali dikirim  Bu Eva merasa sudah sangat senang sekali sepeti melihat bukunya sudah jadi. Mungkin itu juga yang akan saya alami jika buku saya bisa terbit di penerbit mayor.
  2. Editing naskah oleh penerbit, tata kelola urutan dan tulisan disesuaikan dengan konsep dan gaya bahasa. Naskah penulis akan diedit oleh penerbit. Editing tata bahasa dan aturan penulisan disesuaikan dengan aturan yang ada.
  3. Setelah editing penerbit naskah proof dikirim kembali ke penulis beserta surat perjanjian penerimaan naskah dan royalty bagi penulis. Sebagai penulis kita diberi kesempatan melihat kembali susunan dan tata bahasa buku kita sebelum dinaikkan ke proses cetak.
  4. Setelah editing oleh penulis naskah kembali dikirim ke penerbit untuk selanjutnya ke proses cetak.

Dalam mengikuti kelas belajar menulis ini, ada banyak sekali keuntungan yang kita peroleh. Selain ilmu, pengalaman, teman baru, juga peluang bisa menghasilkan karya.

  1. Selama proses belajar dalam grup menulis bersama Om Jay ini; refleksi peristiwa, perasaan dan pembelajaran serta pengembangan diri bisa sahabat dapatkan dalam komunitas menulis ini.
  2. Bertambah wawasan dan keilmuan tentang publikasi dan teknik menentukan tema penulisan yang sesuai tren zaman.
  3. Hadirnya narasumber-narasumber yang luar biasa yang terus berbagi, mengispirasi dan tak henti memotivasi.

Banyak hal yang membuat kita memperoleh sesuatu yang baru jika memulai sesuatu dengan niat “kita pasti bisa”. Sehingga bisa menghasilkan karya yang dapat dinikmati orang lain, adapun buku yang bisa lolos ke penerbit mayor jika memenuhi beberapa kriteria diantaranya:

  1. Tema buku; Jika di cari pada google trends menunjukkan grafik yang bagus. Jangan sampai tema yang ditulis bukan tema-tema yang lagi trend. Penerbit tidak mau dirugikan dengan buku yang tidak laku jual akibat tema yang tidak ngetrend.
  2. Profil penulis; Semakin terkenal dan kredibel seorang penulis akan sangat baik. Bagaimana dengan penulis pemula seperti saya? Jika kita sudah berniat menjadi penulis, maka jangan patah arang atau patah hati. Kalau penulis kurang kredibel, maka bisa memilih tema yang lagi ngetrend. Karena tema yang lagi ngetrend bisa dilirik penerbit untuk diterima tulisan tersebut, walau penulis tidak terkenal/kredibel.
  3. Target pasar yang menguntungkan; Target pasar bisa instansi pendidikan, atau instansi mana saja yang bisa tertarik dengan buku yang telah diterbitkan. Ini juga ditentukan oleh tema buku  yang bisa menjangkau target pasar yang lebih luas. Target pasar yang tak terbatas usia dan tempat pembaca.
  4. Ragam tulisan kita sesuai dengan visi misi penerbit; Jangan sampai salah mengajukan penerbitan buku ke penerbit. Penulis harus mengetahui visi misi penerbit yang dituju. Seperti Penerbit Andi yang mengacu pada pendidikan.  Penulis yang menginginkan diterbitkan Penerbit Andi, maka jangan sampai menulis di luar visi misi pendidikan.

Lalu apa sih keuntungan dari menerbitkan buku. Memang ada? Ya jelas ada lah, masa tidak percaya…hehe

Keuntungan akan diperoleh penulis jika bukunya bisa terbit, apalagi di penerbit mayor. Inilah beberapa keuntungan yang diperoleh penulis ketika bukunya bisa terbit, yaitu:

1.    Kepuasan batin.

Kepuasan batin merupakan satu hal yang tidak bisa kita ukur dengan apapun. Apa yang kita rasakan ketika ke toko buku terlihat ada buku kita tertata rapi  di rak buku. Dan banyak lagi kepuasan batin yang akan diperoleh seorang penulis.

2.    Integritas, kredibilitas dan percaya diri semakin baik.

Penulis semakin percaya diri ternyata dirinya mempu menulis dan menerbitkan bukunya. Apalagi kemampuan yang selama ini belum pernah ada. Kemampuan yang muncul ketika keputusan yang baik bergabung ke grup menulis online.

Seperti saya yang juga memutuskan bergabung ke grup menulis online bersama Om Jay. Saya sekarang sudah merasakan kepercayaan diri bisa merangkai kosa kata walaupun buku yang diidamkan belum terbit.

3.    Motivasi bertambah

Buku yang telah diterbitkan ke penerbit akan menambah dorongan tersendiri bagi penulis untuk semakin meningkatkan menulisnya. Tema-tema yang ada bisa dikembangkan menjadi tulisan yang menjadi daya tarik pasar.

4.    Terbuka peluang peluang baru untuk menjadi narasumber, motivator menulis dan hal-hal positif lainnya.

Ketika buku yang ditulis telah dibaca berbagai kalangan, maka banyak pihak yang tertarik untuk menimbah ilmu ke penulis. Penulis akan dijadikan narasumber untuk mengupas buku yang ditulisnya. Termasuk sebagai narasumber motivator sukses menulis dan menerbitkan buku.

5.    Honor dan Royalty

Penulis akan mendapatkan royalty atau bonus jika bukunya berhasil diterbitkan di penerbit mayor. Penerbit mayor sudah mematok besaran jumlah royalty sesuai aturan dan perjanjian dengan penulis.

Agar tulisan-tulisan kita bisa lancar mengalir tanpa ada tersendat, tentu ada beberapa faktor yang harus kita cermati. Dan faktor motivasi menjadi satu hal yang teramat penting. Mengapa demikian? Berikut tips motivasi menulis dari Bu Eva :

  1.  Berbagi dan berkarya. ” Semakin dibagi akan menjadi semakin tak terbatas.”
  2.  Ketika menemukan ide dan semangat, langsung lakukan jangan ditunda
  3.   Dukungan dari diri sendiri dengan tekat dan niat untuk maju.
  4.  Fokus dan yakin.
  5.  Terus menulis, tulis apapun yang terlintas dalam fikiran kita.

Rumah belajar adalah portal pembelajaran yang dikelola oleh pustekkom sekarang dikenal dengan pusdatin kemdikbud yang memberikan ruang seluas luasnya untuk siapa saja berbagi, belajar, dan melakukan proses pembelajaran secara gratis dan terus diupdate dan berkesinambungan dalam pemeliharaanya.Sebagai salah satu pengembangan diri dalam hal keprofesian sebagai guru, mengikuti program PembaTIk dari pusdatin hingga berbagi inovasi pembelajaran dengan rumah belajar menjadi bagian dari diri beliau. Fokus dan yakin, lakukan dengan nyaman dan sepenuh hati jangan lupa doa kita inshaAllah bisa, ketika kita sudah memulai sesuatu yang baik maka kebaikan-kebaikan lainnya juga akan mengikut termasuk motivasi dan semangat menulis.

Ternyata jenis tulisan juga berperan menentukan hasil. Kecermatan memilih jenis tulisan berbanding lurus dengan hasil yang diperoleh.

  1. Jika menuliskan artikel seperti membuat sebuah resume yang endingnya nanti dijadikan buku tentunya publikasi lebih dulu baru digabungkan untuk dicetak.
  2. Jika ingin lebih cepat menghasilkan buku, maka tetap fokus, fokus dan fokus. Sediakan waktu untuk menulis sampai jadi baru dicetak dan dipublikasikan
  3. Jika ingin mengembangkan diri jangan terhalangi apapun  karena setiap diri memiliki keistimewaan dan potensinya sendiri.

Demikian sahabat literasi, semoga resume ini bisa menambah wawasan, menginspirasi dan memotivasi saya dan sahabat semua. salam literasi tiada henti.

Kategori:Belajar Menulis

Melanglang Buana dan Menerbitkan Buku (Resume Ke-19 )

Selamat pagi tamu istimewa dan sahabat literasi semua. Salam santun.

Menginjak resume ke-19 Pelatihan belajar menulis gelombang ke-16 menampilkan narasumber yang juga luar biasa, penuh prestasi dan literasi dalam setiap langkah perjalanannya. Ibaratnya kemana kaki melangkah di situ muncul sebuah tulisan. Jika orang lain traveling ke suatu tempat, maka setelah kembali pulang membawa kenangan dalam bentuk foto dan cerita. Berbeda dengan narasumber satu ini. Begitu pulang dari perjalanan ke mana begitu, maka kenangan yang dibawa diwujudkan dalam bentuk tulisan dan diterbitkan jadi sebuah buku. Wow… luar biasa! Benar-benar jiwa literasinya sangat kental.

Beliau adalah Bpk. Taufik Hidayat, SE, S.Si,M.Si. Berprofesi sebagai penerbang. Dan hingga kini sudah melakukan perjalanan kelilling 70 negara dan 5 benua, sungguh luar biasa, disaat saya masih berhayal keliling Indonesia beliau sudah keliling dunia. It’s amazing!

Menjadi suatu hal yang teramat istimewa karena beliau berbagi pengetahuan dengan kita dan saya yang belum pernah berkunjung ke satu pun negara lain di dunia. Baru taraf angan-angan saja. Beliau menuangkan setiap perjalanannya ke dalam sebuah tulisan yang bisa kita baca seolah-olah kita juga ikut berkunjung ke sana dan menjadi sebuah pengalaman yang bermanfaat. 

Begitu banyaknya tempat di belahan bumi yang pernah dikunjungi Pak Taufik Hidayat hingga pengalaman itu menjadi sebuah bahan atau ide untuk dijadikan sebuah tulisan. Setiap perjalanan beliau, akan diabadikan ke dalam sebuah tulisan yang unik dan menarik. Dari sebuah perjalanan beliau membuat tulisan terkadang berbentuk artikel bahkan menerbitkannya menjadi sebuah buku. Ilmu yang kita dapat di awal pemaparan beliau ditulislah setiap langkah perjalanan. Karena setiap tulisan mempunyai takdirnya sendiri-sendiri. Bahkan beliau sendiri juga tidak menyangka bahwa tulisan-tulisan itu saat ini bisa dirangkum menjadi sebuah buku. 

Pengalaman melakukan perjalanan yang beliau tulis itu dimulai dari tahun 2004. Ada beberapa judul buku yang sudah beliau hasilkan dari perjalanan yang telah dilakukan. Diantaranya :

  1. Mengembara ke masjid-masjid di pelosok dunia.
  2. 1001 mesjid di 5 benua.
  3. Jejak langkah menuju baitullah tahun 2020.
  4. Tamasya ke masa depan

Jika melihat dari buku-buku yang sudah diterbitkan Pak Taufik Hidayat, mencerminkan bahwa beliau adalah sosok yang religius. Dari sini kita bisa belajar jika ingin diberi kemudahan dan keberkahan hidup maka dekatkanlah diri kepada sang pencipta. Maka hidup kita akan penuh dengan kebahagiaan dan penuh keberkahan. 

Menurut Pak Taufik agar perjalanan kita bisa menjadi sebuah artikel, sebaiknya dalam perjalanan kita melakukan hal-hal berikut ini :

  1. Mengamati
  2. Membuat foto
  3. Diskusi wawancara
  4. Mencari informasi tambahan
  5. Mencari keunikan
  6. Merangkum dalam tulisan

Itulah kebiasaan yang dilakukan beliau dalam setiap perjalanannya sehingga setiap melakukan perjalanan ditulis dijadikan sebuah artikel yang nantinya bisa menjadi sebuah buku. 

Pelajaran selanjutnya yang bisa kita ambil dari beliau adalah jika kita berjalan atau berkunjung ke suatu tempat jangan hanya berfoto selfi dan membagikan di status media sosial saja, tetapi banyak hal yang bisa dilakukan terkait literasi seperti enam poin di atas. 

Agar tulisan kita menarik maka dalam menulis artikel saat menceritakan pengalaman travelling yang kita lakukan, sebaiknya dimuat juga beberapa foto-foto. Hal ini agar setiap orang yang membaca artikel kita bisa menikmati bagaimana keadaan yang sebenarnya, tidak hanya berbentuk tulisan saja, namun ada gambar-gambar untuk memperjelas isi tulisan tersebut. 

Menggunakan bahasa yang sederhana atau simpel namun menarik juga menjadi hal yang penting dan perlu mendapat perhatian. Agar tulisan semakin menarik memasukkan bahasa lokal sedikit-sedikit yang kita mengerti artinya juga tidak ada salahnya. Hal ini akan menambah wawasan orang yang membaca artikel kita nantinya.

Bagaimana Pak Taufik menerbitkan buku, setiap artikel yang telah ditulis dengan topik/tema yang sama maka beliau satukan menjadi sebuah buku. Hal ini pernah beliau lakukan saat mengunjungi masjid-masjid di beberapa tempat di dunia. Beliau kumpulkan tulisan-tulisan atau artikel yang bertemakan masjid lalu disatukan sehingga terbitlah buku ”Mengembara ke Masjid-masjid di Pelosok Dunia” dan buku  “1001 Masjid di 5 benua”. 

Sangat beralasan mengapa beliau mengangkat tema tentang masjid di dunia. Karena kita sering mendapatkan cerita dari orang yang sudah berkunjung ke berbagai negara, mencari masjid adalah sesuatu yang sulit di luar negeri. Maka jika ada sebuah masjid hal itu sangat menjadi hal yang istimewa. Berbeda dengan di negara kita, dimana hampir di setiap tempat dengan mudah kita menemukan masjid. Sesuatu hal yang patut kita syukuri dari negara kita tercinta ini.

Pelajaran penting dari beliau dalam menulis adalah: fokus terhadap satu tema akan mempermudah kita membuat sebuah buku. Dengan kata lain fokus menulis kepada apa yang kita sukai dan senangi jauh lebih mudah dalam proses menerbitkan bukunya nanti.

Begitu banyaknya artikel dari perjalanan yang sudah dibuat Pak Taufik, tulisan-tulisan beliau akan sangat mudah kita temui diberbagai media Nasional. Taufik Uieks  begitu panggilan atau nama pena beliau dalam menulis setiap artikel. jika kita menemukan nama Taufik Uieks dalam sebuah artikel berarti tulisan tersebut ditulis oleh Pak Taufik. 

Berikut beberapa link untuk membaca beberapa tulisan Pak Taufik :

https://www.kompasiana.com/taufikuieks/5508ea28813311931cb1e273/menjadi-marbot-di-masjid-bawah-tanah-di-athena-lawatan-ke-masjid-masjid-di-mancanegara-10

https://www.kompasiana.com/taufikuieks/5a40b82edd0fa828025c0293/begina-suasana-masjid-megah-nan-sepi-dengan-dua-imam-di-baku-azerbaijan

https://www.kompasiana.com/taufikuieks/54f38056745513a42b6c77f2/di-brunei-belajar-bahasa-cina-gratis-loh

https://www.kompasiana.com/taufikuieks/552950b96ea8341b568b45d0/cewek-matre-tidak-dapat-dibeli-dengan-dos-pesos-argentina

https://www.risalahmisteri.com/detail/524/gadis-bergaun-putih-dari-buenos-aires

https://www.kompasiana.com/taufikuieks/5519e38ba33311681cb65971/secangkir-kopi-untuk-perdamaian-dari-rwanda

Dari pengalaman yang dibagikan narasumber, maka banyak pelajaran yang dapat kita petik kiranya. Teruslah bermimpi karena setiap mimpi akan menjadi motivasi. Pak Taufik sudah membuktikannya sendiri dengan menjelajah dan mengelilingi dunia sehingga mampu menulis banyak buku.

Demikian semoga kita bisa memetik intisari kehidupan atau hikmah pelajaran dari materi narasumber sehingga bisa menjadikan sebagai salah satu inspirasi dan motivasi dalam berliterasi tiada henti. Salam santun selalu.

Kategori:Belajar Menulis

Jejak Literasi Sang Wartawan Bangkotan ( Resume Ke-18 )

14 November 2020 2 komentar

Selamat pagi tamu istimewa dan sahabat semua. Salam literasi tiada henti.

Resume selanjutnya menuju resume ke-18 pelatihan belajar menulis gelombang ke-16 dengan narasumber hebat dan luar biasa, Beliau dikenal dengan Julukan Wartawan Bangkotan dan juga punya nama beken Nur Terbit.

BIODATA PENULIS NUR TERBIT

Putra daerah Bugis-Makassar yang dilahirkan 10 Agustus 1960 ini namanya
Nur Aliem Halvaima, SH, MH. Nama pena dan media sosial adalah Nur Terbit. Anak ke-3 dari 7 bersaudara pasangan Haji Muhammad Bakri Puang Boko – Hajjah Sitti Maryam Puang Mene.

Tahun 2015 menyelesaikan pendidikan di Universitas Islam Jakarta, program S2 ilmu hukum dengan tesis “Pola Pemberian Upah Untuk Kesejahteraan Wartawan Media Cetak di Provinsi DKI Jakarta”. Sedang S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syari’ah dan Hukum. Sementara Sarjana Muda di IAIN Alauddin Makassar.

Beliau menjalani profesi wartawan daerah di Makassar sejak masih kuliah, berlanjut jadi koresponden Harian Terbit (Pos Kota Grup) di Sulawesi Selatan. Tahun 1984 hijrah ke Jakarta bergabung jadi reporter kemudian redaktur. Tahun 2014 saat koran tempatnya bekerja “Dijual”, Beliau pensiun dini tapi tetap menulis dan jadi redaktur media online http://www.possore.com sampai saat ini.

Pengalaman jurnalis sebagai pemegang kartu Wartawan Utama dari Dewan Pers – PWI Pusat ini, antara lain : Wartawan/Editor Surat Kabar Harian Terbit (Pos Kota Grup) 1980-2014. Pemred Vonis Tipikor versi majalah dan online 2014-2017. Pemred Corong versi majalah dan online 2019-2020. Pemred Telescope versi majalah dan online 2020. Redaktur Eksekutif Possore.com 2015 s/d Sekarang. Redaktur/Admin tamu sejumlah media online, majalah, tabloid 2014 sampai sekarang.

Prestasi menulisnya demikian banyak jumlahnya, antara lain : Dua kali berturut-turut Juara Lomba Menulis Artikel Bertema Pramuka antar wartawan dan Umum Tingkat Nasional 2011 dan 2013, yang digelar Kwarnas Pramuka. Juara Lomba Menulis Pengalaman Mudik Asyik Republika Online. Juara di beberapa lomba menulis blog antara lain: Online Shop Kudo, Lomba Menulis Puisi Spontan Pedas, Lomba Blog Teacher Writing Camp IGI Bekasi, Smartphone Oppo, Dompet Duafa, Asuransi Raksa Online, Online Shop Shofie Martin, Restauran Bebek Kaleyo, BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir), Tokoh Populer, Suara Konsumen.

Di tengah kesibukannya itu, sebagai blogger masih sempat menulis di blog pribadi http://www.nurterbit.com, Kompasiana, Kumparan, Viva, Blogdetik (alm), PepNews, Tokoh Populer, Suara Konsumen, Risalah Misteri, Terbitkan Buku Gratis, bahkan aktif membuat konten video di channelnya YouTube.com/nurterbit. Tahun 2019 Beliau meraih Juara Utama Lomba Video YouTube Asuransi Mobil Raksa Online. Luar biasa ya?

Berbekal pendidikan formal dan pengalamannya meliput berita hukum selama jadi wartawan, Beliau juga sesekali bersidang mendampingi kliennya di pengadilan sebagai lawyer (pengacara). Buku “Wartawan Bangkotan” adalah karya keduanya mengenai dunia pers. Sebelumnya kumpulan tulisannya “Lika-Liku Kisah Wartawan” diterbitkan PWI Pusat memperingati Hari Pers Nasional (HPN) 2020.

Sebagai seorang wartawan sudah tentu tugas utamanya adalah menulis berita, peristiwa, laporan pandangan mata dari lapangan. Atau istilah jurnalistiknya reportase. Secara tertulis atau (kadang) dilengkapi foto dari TKP (istilah kepolisian tempat kejadian perkara) ke kantor redaksi koran/media. Kebetulan media saya waktu itu (1980-2014) adalah media cetak (koran). Baik ketika masih wartawan daerah di Makassar, maupun setelah bergabung di Jakarta sebagai reporter di Harian Terbit (Pos Kota Grup). Nah, ada perbedaan pola penulisan berita di koran/media dengan menulis bebas untuk artikel di media. Tentu beda lagi jika menulis untuk karangan ilmiah, skripsi, makalah, tesis atau disertasi. Di media, ada format atau standar baku, yakni berita tdk boleh (dilarang) memasukkan opini penulisnya atau wartawannya. Tapi si wartawan ingin menyampaikan pendapat, gagasan, pemikiran, boleh saja. Ada tempat khusus yakni opini, artikel, yang by name…. Untuk rubrik artikel di media, sudah disiapkan, baik koran, majalah, tabloid, dll. Selain wartawan sebagai tugas utamanya, rubrik opini ini bisa diisi oleh orang luar. Maksudnya pembaca, sesuai keahlian dan bidang yang dikuasainya. Untuk tulisan ini, ada kompensasi dari redaksi media tsb, berupa honorarium yang besarnya tergantung kemampuan media tersebut. Mereka yang ahli/pakar satu bidang ilmu, bahkan menjadi penulis tetap, yang tentu honornya juga lumayan.

Saat ini media besar seperti Kompas, Majalah Tempo, Republika, Media Indonesia dan beberapa majalah menerapkan standar honor. Sayangnya dengan datangnya era digital ini, media cetak dan sebangsanya, banyak yang tiarap lalu tidur untuk selamanya. Sayang sekali…haha. Kini era berganti dengan era serba online. Satu sisi mengurangi pasar media cetak, sisi lain membuka peluang baru sebagai netizen, atau citizen jurnalisme. Media Informasi pun makin banyak pilihan. Dulu harus ke lapak K5, lampu merah, pengecer, agen untuk dapat membeli koran/majalah, sekarang cukup dengan gadget atau hp, dunia sudah terbentang luas. Itu sekedar perkenalan sekitar dunia yang digelutinya selama ini sejak 1980-an. Menulis, sudah mulai coba-coba waktu masih di bangku SD. Kebetulan ayah Beliau bekerja di Dinas P dan K (kini Kemendikbud) Kabupaten Maros Sulsel.

Dulu ada namanya buku inpres, berbagai jenis buku bacaan, pelajaran, dongeng, cerita petualangan. Termasuk majalah anak-anak Si Kuncung. Mungkin ada yang masih ingat, tapi Kuncung sudah “Wafat” diteruskan majalah Bobo dan rekan-rekannya. Ayah Beliau bertanggungjawab membagikan buku-buku tersebut ke sekolah-sekolah, terutama Dikdas, pendidikan dasar di daerah tsb. Dari sinilah Beliau terbiasa membaca buku. Dimana kemudian sangat berguna pada kehidupan selanjutnya saat mulai belajar menulis. Jadi benar kata orang, untuk mahir menulis harus banyak membaca. Ya minimal membaca ulang tulisan sendiri hahaha…(Dimana kekurangannya, ejaannya dll). Di bangku SD itu pula, mulai berani mengirim tulisan ke media, tepatnya di koran daerah tempat Beliau tinggal di Makassar. Ada koran Pedoman Rakyat (PR), koran tertua di Makassar, bahkan se Indonesia Timur. Tulisannya tentu yg ringan sesuai usia pelajar SD. Puisi Anak, Cerita Anak, bahkan ngirim gambar di rubrik Anak. Tentu bangga ketika pertama kali tulisan kita dimuat di koran. Yang lebih bangga lagi dapat honor, dikirim via wesel pos. Setelah tulisan sudah berani dikirim ke koran dan dimuat, mulai tambah berani ikut lomba menulis. Beberapa kali saya mewakili sekolah untuk lomba menulis antarsekolah dan Alhamdulillah…menang. Saya kurang tahu, kenapa lomba menulis antar murid, sekolah pakah masih ada lagi ya sekarang? Yang ada malah lomba menulis blog bagi guru, ya? Salut untuk KSGN.

“Penyakit” suka menulis ini terus menjangkiti Beliau setelah menginjak bangku SLTP-SLTA. Kebetulan sekolah di PGA (Pendidikan Guru Agama). Untuk ujian akhir, semua siswa haruss praktik di SD. Saya kebagian praktik mengajar di SD Muhammadiyah Maros Sulsel. Saya mendapat jatah kelas 6 yang muridnya berbadan besar, sementara badan saya kecil. Pengalaman berkesan mengajar kelas 6 SD yang muridnya seperti GIANT (teman Doraemon – Nabita itu), saya tulis dan kirim ke lomba mengarang pengalaman ke majalah remaja HAI (Kompas grup). Alhamdulillah, walau hanya juara harapan 1 (tahun 1980-an) tetapi bangganya luar biasa. Hadiah kamus Indonesia-Inggris M Sadeli dan kaos Hai. Juaranya Leila S Chudori, GolaGong, AGS Arya Dwipayana, semua penulis cerpen dan novel terkenal di zamannya. Menjadi wartawan resmi saat sudah kuliah di IAIN Makassar. Selain jadi pengelola koran kampus. Terus berlanjut ke Jakarta bergabung di Harian Terbit (grup Poskota) tahun 1984. Mulai pula belajar menulis opini, tulisan feature, laporan bersambung, sesekali cerpen percintaan atau tema keluarga.

Pada tahun 2014 saat memasuki masa pensiun dini, mulai fokus menulis blog, Kompasiana, mengenal medsos (FB, Twitter, Instagram dan YouTube). Ikut berbagai lomba nulis, beberapa diantaranya menang. Hadiah laptop, kamera, handphone dan yang sering flashdisk, atau voucher belanja hehe…

Dari sekian banyak tulisan yang tercecer di mana-mana itulah setelah dikumpulkan akhirnya jadi buku. Yang terbaru diterbitkan YPTD-nya Pak Thamrin Dahlan adalah “Wartawan Bangkotan”. Tadi diantar TIKI dari percetakan ke rumah.

Dan … akan menyusul buku bacaan ringan : MATI KETAWA ALA NETIZEN.

Menurut pendapat Beliau, bahwa dengan banyak membaca, maka :

  1. Memperkaya perbendaharaan kata.
  2. Belajar EYD.
  3. Menambah wawasan, terutama bgmn format menulis: belajar nyusun pragfraf, huruf sambung dll.

Yang lebih terasa lagi, dengan banyak membaca tulisan orang lain, kita belajar style (gaya) penulisan orang. Kita bisa tiru untuk kemudian akan muncul gaya khas kita sendiri. Yang tidaak boleh itu meniru 100 persen tulisan orang, ibaratnya sampai titik komanya. Itu sih copy paste ya alias jiplak bin plagiat. Nah, dari pengalaman Beliau selama ini, Beliau temukan “kunci” yang mungkin bisa jadi ini hanya duplikat dari penulis sebelumnya:

  1. Menulis dengan kunci 3D. Tulislah yang D-ialami sendiri, yang D-isukai, yang D-ikuasai. Selain yang sudah disebutkan sebelumnya. Rajin membaca, menonton TV/film, mendengarkan radio untuk memperkaya wawasan sebagai tabungan ide kalau mau menulis, terutama genre fiksi.
  2. PDLS = Peka Dengan Lingkungan Sekitar (KEPO).
  3. TBTO = Terus Belajar atau Baca (dari) Tulisan Orang.
  4. TLMM = Terus Latihan Menulis di Media (Medsos).
  5. TILM = Terus Ikut Lomba Menulis, sebagai uji coba sejauh mana kualitas tulisan kita,

Kalau sudah banyak tulisan dan dimuat dimana-mana, ya tinggal kontak Pak Thamrin Dahlan utk dibukukan. Gratis lagi kalau dengan beliau …hehe.

Demikianlah resume singkat materi latihan belajar menulis kali ini. Semoga bermanfaat, mengisnpirasi dan memotivasi kita semua. Aamiin. Salam literasi tiada henti dan … Salam Santun.

Kategori:Belajar Menulis

Jangan Takut Mencoba Dalam Menulis ( Resume Ke-17 )

12 November 2020 2 komentar

Selamat pagi tamu istimewa dan sahabat semua. Salam santun.

Kini tibalah resume ke-17 sebagai hasil saya mengikuti pelatihan belajar menulis via WAG dengan narasumber tidak beda jauh dengan narasumber pertemuan ke-16. Muda, cantik dan enerjik dalam berliterasi. Beliau adalah Ibu Jamila K. Baderan, M.Pd.

Salah satu bentuk pengembangan diri dan mengeksplor kompetensi kita adalah dengan cara bergabung dalam satu komunitas positif seperti WA Grup Belajar Menulis. Bukan tanpa alasan, tentunya setiap kita yang bergabung disini punya harapan yang ingin dicapai. Terkait dengan hal tersebut maka hal yang ingin saya share malam ini tentang : Mengubah Ekspektasi Menjadi Prestasi.

Kata “ekspektasi” tentunya sudah sangat familiar di telinga kita. Setiap orang, setiap saat pasti memiliki ekspektasi terhadap berbagai hal yang di inginkan dalam hidup. Sebagai contoh, ekspektasi kita Ketika bergabung dalam grup ini adalah ingin menghasilkan sebuah karya berupa jejak literasi yang dapat dikenal dan dikenang meskipun kita sudah berkalang tanah. Sayangnya, ekspektasi kita tidak selalu sama dengan realita. Ekspektasi tak seindah kenyataan. Hal inilah yang kemudian menjadi inspirasi dalam tulisan buku ke-2 Bu Jamila yang diterbitkan pada tahun 2019.

Dalam hal menulis, harapan terbesar kita adalah mampu merangkai kata-kata menjadi sebuah paragraf menarik yang terus berangkai menjadi bab demi bab hingga akhirnya menjadi sebuah buku. Sekilas, menulis adalah hal yang sangat mudah. Bukankah kita sudah sering menulis sejak kecil? Tetapi, ketika kemampuan menulis tersebut disandingkan dengan ekspektasi sebuah karya yang bernilai bagi orang lain muncullah masalah besar. Diantaranya :

  1. Bagaimana memulai sebuah tulisan?
  2. Apa ide/topik yang harus kita tulis?
  3. Apakah tulisan saya menarik?
  4. Dll, dsb.

Mewujudkan ekspektasi memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi bagi para penulis pemula seperti saya. Dalam prosesnya kita harus berjuang melawan semua hambatan yang datang baik dari diri sendiri mapun dari lingkungan sekitar.

Sebenarnya, tantangan menulis terbesar itu ada pada diri kita sendiri. Yaitu mood dan kemauan alias niat. Oleh karena itu untuk mengubah ekspektasi menjadi prestasi kita harus berubah. Ada 2 hal penting yang harus kita ubah, yaitu mindset dan passion. Mindset adalah cara pikir tentang sesuatu yang dapat mempengaruhi sikap dan tindakan kita. Sementara passion adalah sesuatu yang membuat kita tidak pernah merasa bosan. Kedua hal ini di bahas secara detail dalam buku Bu Jamila yang ketiga hasil kolaborasi bersama Prof. Eko Indrajit yang Alhamdulillah di terima dan diterbitkan oleh Penerbit Andi.

Pengalaman Bu Jamila dalam mewujudkan ekspektasi dalam menulis adalah berjuang membangun tekad dan keyakinan yang kuat untuk mencapai realitas. Terkadang saya juga harus nekat mengambil keputusan yang jika dipikir dengan akal sehat pencapaiannya sangat mustahil. Untuk itulah Beliau selalu berusaha konsisten terhadap ekspektasi yang susah payah dibangun. Pantang mundur jika kaki sudah melangkah. Wow … luar biasa falsafah Bu Jamila.

Pengalaman Bu Jamila saat menerima tantangan Prof. Eko untuk menulis buku dalam seminggu, ada sejuta keraguan yang menyelimuti hati dan pikirannya. Berbagai pemikiran negatif menghantui, namun berkat kenekatan, dibarengi niat, tekad, serta konsistensi yang kuat akhirnya ekspektasi Bu Jamila berubah menjadi sebuah prestasi. Saat Pak Joko mengumumkan bahwa tulisan saya lolos tanpa revisi, saya seolah tak percaya. Tidak pernah menyangka bahwa tulisan yang menurut penilaian pribadi hanyalah tulisan biasa saja ternyata memiliki takdir luar biasa. Jadi janganlah takut untuk mencoba.

Dari pengalaman ini saya belajar beberapa hal dalam menulis:

  1. Tulislah apa yang ingin kita tulis.
  2. Menulislah apa adanya, tanpa beban, dan tekanan.
  3. Jadikan menulis sebagai suatu kebutuhan
  4. Menulislah hingga tuntas, jangan memikirkan editing.
  5. Menulis jangan terlalu lama.
  6. Jangan memikirkan baik buruknya tulisan kita, karna yang akan menilai adalah pembaca.

Biasanya, kendala di awal kita menulis adalah bingung mencari ide. Tidak tahu apa yang akan kita tulis. Untuk mengatasinya, marilah kita mulai menuliskan hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Mis: tentang hobi memasak, kegiatan sehari-hari, atau tingkah lucu anak-anak kita.

Tuliskan apa saja yang terlintas dalam pikiran. tidak perlu kita memikirkan tata bahasa, ejaan dlsb. Setiap kalimat yang terlintas segera di tulis. saya biasanya menulis di HP. kadang saat tidak pegang HP, saya akan menuliskan di benda apa saja yang saya temui. Pernah saya nulisnya di telapak tangan, pernah juga di paha. Haha …

Hal yang paling sulit untuk memenuhi ekspektasi menulis adalah ketika kita tidak punya hobi menulis. Kata orang hanya “Iseng-iseng” atau ikut-ikutan. Tidak masalah, jika kita tidak memiliki hobi, bukankah rasa iseng jika terus dilatih bisa menjadi suatu ketrampilan?

” Saya termasuk orang yang menulis tergantung mood. Ini sangat berat saya rasakan ketika menerima tantangan Prof. Eko. Rasanya bulan dan matahari berpindah tempat. Disaat seperti inilah saya menguatkan tekad dan niat saya untuk mencapai realitas. Jadi, menulis itu adalah sebuah perjuangan untuk melawan semua tantangan yang menggoyahkan niat.” Demikian ungkap Bu Jamila.

Hal yang menjadi fokus dalam menulis adalah kata TUNTAS. Jadi, menulislah hingga tuntas. Jangan sering menengok halaman yang sudah kita tulis, karena itu merupakan salah satu godaan yang membuat kita berpikir 1.000 kali tentang apa yang sudah kita tulis. kita akan berpikir untuk edit dan edit lagi. Akhirnya tulisan kita tidak akan tuntas.

Proses kreatif yang dilakukan Bu Jamila dalam menghasilkan buku tidak terlepas dari kegiatan membaca. Jadi, menulis dan membaca ibarat dua sisi mata uang yang harus dimiliki oleh seorang penulis. Menulis tanpa pernah membaca akan pincang. Artinya tulisan kita kurang menarik. Menghasilkan buku dalam seminggu terdengar mustahil. Prosesnya jungkir balik, hingga siang dan malampun ikut terbalik😁. Hal pertama yang saya lakukan di awal adalah mencari menentukan judul dan kerangka tulisan. lalu berburu referensi sambil menyusun paragraf demi paragraf. Ya itu tadi, pokoknya tuntas dulu semua bab, terakhir sesi editing. Yang terakhir kunci kesuksesan dalam menulis dan menerbitkan buku adalah keberanian kita dalam mencoba. Itu.

Demikian resume ke-17 pelatihan belajar menulis. Semoga semakin menambah khasanah pengetahuan dan wawasan kita dalam berliterasi tiada henti. Salam santun.

Kategori:Pendidikan

Tentang Menulis dan Menerbitkan Buku ( Resume Ke-16 )

11 November 2020 5 komentar

Selamat pagi tamu istimewa dan sahabat semua. Salam literasi dan salam santun.

Akhirnya narasumber hebat dalam pelatihan belajar menulis kali ini benar-benar lain dari yang lain. Cantik, muda dan sarat prestasi.

Materi kali ini juga masih berkisar tentang menulis dan menerbitkan buku. Semua mungkin sepakat bahwa menulis tidak bisa lepas dari keseharian kita. Setiap hari, mungkin kita terbiasa menulis balasan chat di media sosial. Menulis jurnal harian mengajar. Menulis feedback untuk tugas siswa, dsb.

Tapi, ketika harus menulis buku. Menulis di blog. Rasanya seperti berlari sprint yang tiba-tiba menghantam tembok. Atau bertinju yang tiba-tiba KO. Atau bermain catur yang langsung skakmat. Ampun deh …

Entah apa yang terjadi, seolah semua ide lenyap begitu saja. Tangan tiba-tiba tak bisa menulis. Bahkan lidah pun terasa kelu. Apakah Bapak/Ibu mengalami hal yang demikian? Tenang, Bapak/Ibu tidak sendiri. Saya pun mengalami hal demikian. Lalu, bagiamana cara mengatasi hal tersebut?

Ada beberapa tips yang pernah saya lakukan dan mungkin bisa diterapkan pula oleh Bapak dan Ibu, yaitu :

  1. Ikut kelas menulis
  2. Ikut komunitas menulis
  3. Ikut lomba menulis
  4. Menulis apa saja yang ada di sekitar/dalam keseharian kita
  5. Menulis apa saja yang kita suka

Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari kelas menulis. Contohnya kelas menulis bersama Omjay ini. Selain mendapat ilmu, motivasi, tips dan trik menulis, terkadang kita pun mendapat kejutan tak terduga.

Nah, tips kedua yaitu ikut komunitas menulis juga dirasa perlu. Karena dalam komunitas itulah kita bisa berbagi tulisan dan membaca tulisan orang lain sehingga kemampuan menulis kita pun akan semakin terasah. Saat ini sudah banyak sekali komunitas menulis yang bisa diikuti. Terlepas apakah komunitas tersebut dibuat khusus untuk guru ataupun umum.

Tips yang ketiga adalah ikut lomba. Ini cocok bagi siapa pun yang menyukai tantangan. Dengan mengikuti lomba, kita bisa belajar membuat tulisan dengan berbagai tema dalam waktu yang tentunya sudah terjadwal. Saya juga pernah sekali dua kali mencoba, alhamdulillah belum menjadi juara. Hehe, tapi justru dari situ kita akan sadar dimana letak kekurangan kita. Sehingga dikemudian hari, kita bisa belajar untuk menjadi lebih baik.

Tips berikutnya jika masih merasa sulit menulis adalah tulis saja apa yang ada di sekitar kita atau yang kita alami hari ini. Intinya apa pun bisa kita jadikan ide dan gagasan dalam menulis. Dulu saat menjadi binaan Om Jay di Kelas Menulis Gelombang 7, Omjay rutin mengirim foto setiap hari untuk diubah menjadi tulisan. Ada foto ketoprak, gorengan, kucing, rempeyek, wah macem-macem! Pokoknya dari foto itu harus jadi tulisan minimal 3 paragraf. Seru dan sekaligus membuktikan bahwa memang benar apa saja yang ada di sekitar kita bisa kita ubah menjadi tulisan loh! Jika belum mempan, mari buat tulisan tentang keseharian kita. Seperti diari. Itu pun tak apa. Yang penting nulis agar kemampuan kita semakin terasah. Misalnya tulis saja kisah mencari tanaman keladi putih di hutan demi gratisan atau untuk istri tercinta atau saat hiking, dsb.

Tips kelima yaitu tulislah apa yang kita suka. Karena jika sudah suka biasanya bakal awet dan enjoy dalam melakoninya.

Ketika ingin menulis, tentu kita butuh medianya. Menulis itu sekarang bisa kita lakukan di media mana saja dan kapan saja :
Blog
Buku harian
HP/Laptop
atau platform menulis online seperti wattpad dan storial

Bahkan media sosial pun bisa kita buat sebagai sarana untuk menulis. Menulis dimana saja yang penting rutinkan atau buat target berapa tulisan yang harus dibuat dalam sehari, seminggu, sebulan, dst.

Nah kalau menulisnya sudah dilakukan dan dirutinkan, tinggal naik ke tahap selanjutnya. Yuk, terbitkan bukunya. Kumpulan tulisan kita di blog, jurnal harian, serta draft-draft yang ada di laptop atau hp bisa kita bukukan loh. Banyak alumni menulis bersama Omjay yang sudah membuktikan. Senang sekali rasanya melihat satu per satu semakin banyak yang membuahkan karya tulis dalam bentuk buku.

Lalu sekarang, mending menulis buku solo atau kolaborasi ya kira-kira?

Ada beberapa hal yang membedakan saat kita menulis buku solo dan kolaborasi tentunya. Misal dari tema dan waktu untuk buku solo tentu kita bebas menentukan apa temanya dan kapan mau beresnya. Apakah seminggu, sebulan, setahun?

Sedangkan jika menulis bersama, tentu tulisan yang kita buat harus sesuai tema sesuai ketentuan dan waktunya pun sesuai yang telah dijadwalkan/disepakati. Enaknya kalau kolaborasi dan kita jadi peserta itu, prosesnya sudah ada yang handel. Beda jika kita menulis buku solo. Proses pengajuan ke penerbit dll tentu harus diurus sendiri secara mandiri.

Begitu pula dengan biaya. Dengan menulis bersama, biaya yang dikeluarkan bisa lebih murah. Walaupun buku yang dicetak umumnya sesuai jumlah peserta saja (tapi tak jarang ada juga yang dicetak banyak terutama bila diterbitkan di penerbit mayor).

Menjaga mood agar tidak malas menulis itu mudah. Tinggal ubah mood kita jadi Heppi. Cara paling mudah mengembalikan mood adalah dengan tersenyum. Ambillah sebuah cermin, lalu tersenyumlah. Lihat betapa cantiknya Ibu. Betapa luar biasanya ibu. Betapa Tuhan telah menganugerahkan kita akal dan tangan untuk menulis. Jadi, mengapa tidak menulis sekarang? Ide menulis atau halapa yang akan ditulis kita tinggal amati dan rasakan lingkungan dan alam sekitar yang kita alami atau kita rasakan. Lalu kumpulkan sesuai tema. Bisa dalam bentuk folder atau file. Misal buku solo pertama saya. Saya sudah siapkan folder khusus berjudul “Buku Ditta”. Di dalamnya ada subfolder dan subfile berjudul Buku 1 …. Buku 2 … dst.

Bila lebih senang dibimbing secara langsung, maka sebaiknya kita cari kenalan yang senang menulis. Atau, ayo buat komunitas menulis di mana begitu dan siapa menjadi ketuanya! Pelopor, penggerak guru menulis NTT seperti misalnya Bu Kanjeng dan Omjay yang senantiasa menginspirasi. Dari wadah yang dibentuk, bisa dihadirkan pemateri pemateri dan akhirnya bisa belajar langsung dari narasumbernya.

Demikian sahabat terhebat resume sederhana kali ini. Semoga bisa menjadi inspirasi dan motivasi. Salam literasi tiada henti. Salam santun selalu.

Kategori:Belajar Menulis

Seni Pemasaran Buku di Masa Pandemi ( Resume Ke-15 )

8 November 2020 4 komentar

Selamat pagi tamu istimewa dan sahabat semua. Salam literasi tiada henti. Salam santun.

Resume yang ke sekian menampilkan narasumber hebat Bpk. Agustinus Subardana. Beliau Direktur Pemasaran Penerbit ANDI ( Penerbit Mayor ). Materi esensial yang akan disampaikan benar-benar luar biasa, yaitu tentang seni dan strategi memasarkan buku di masa pandemi Covid-19.

Setelah kita berhasil menulis naskah buku lalu menerbitkannya menjadi buku ber-ISBN tentu perasaan kita gembira, bangga dan bahagia luar biasa. Cukupkah sampai di situ? Sudah puaskah pencapaian kita hanya sampai di situ? Nah. Bagi yang belum cukup puas dan ingin memasarkan bukunya sendiri tentu akan menghadapai berbagai kendala. Apalagi sekarang masih masa pandemi, memasarkan buku tidak semudah sebelum masa pandemi.

Namun jangan khawatir. Bpk Agustinus Subardana akan memberikan seni dan strategi pemasaran buku di masa pandemi. Mudah-mudahan strategi ini akan bisa membantu supaya buku kita bisa laris manis tanjung kimpul, bukunya laris duitnya ngumpul … hehehe.

Buku merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan dan sarana utama bagi proses pembelajaran serta sarana penyampaian informasi. Sejak usia dini, anak – anak telah diperkenalkan pada buku dan diajarkan untuk membaca beraneka ragam terbitan buku.
Dalam rangka mempersiapkan generasi muda yang cerdas dengan minat baca yang tinggi khususnya anak-anak, pemerintah mendorong kegiatan membaca sebagai wujud dukungan dan tindakan nyata dalam membangun budaya membaca sejak dini. Dukungan pemerintah terhadap budaya membaca buku dan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap buku, menciptakan peluang usaha bagi pengusaha yang bergerak di bidang penerbitan buku.

Perkembangan industri penerbitan buku juga dipicu oleh alasan keuntungan (profit margin) yang relatif besar dibandingkan industri lainnya khususnya barang konsumsi. Saat ini terdapat 1 328 penerbit yang terdaftar sebagai anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) dengan jumlah penerbit aktif sebanyak 711 penerbit, dan sisanya sudah tidak aktiv lagi.

Tak terduga awal bulan Maret tahun 2019 ini telah datang wabah Virus Corona 2019 / Covid 19 yang menyebabkan makin terasa berat dalam perekonomian dalam negeri, terutama dari sisi konsumsi, korporasi, sektor keuangan, dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Dampak dari mewabahnya Covid 19 ini dirasakan betul oleh berbagai macam sektor, tidak terkecuali sektor usaha yang terkena dampak langsung akibat dari mewabahanya Covid 19. Adapun imbas yang dirasakan oleh pelaku usaha Penerbitan Buku seperti menurunnya pendapatan dan terganggunya kegiatan usaha dari pelaku usaha penerbitan Buku tersebut.

Dampak Penjualan Buku Selama COVID 19 sangat dirasakan betul oleh pelaku usaha bidang Penerbitan Buku . Dampak yang kami alami sebagai pelaku usaha Penerbitan Buku yaitu :

  1. Jaringan toko buku pada tutup karena covid.
  2. Pengunjung masih ada rasa kekhawatiran terhadap tertularnya covid
  3. Penurunan omset penerbitan buku hampir mencapai90 persen.
  4. Semua konsumen maupun instansi sekolah maupun perguruan tinggi mengurangi pembelian buku, yang mana dana alokasi buku dialihkan untuk pembelian sarana kesehatan dan pencegahan covid-19.
  5. Beberapa penerbit gulung tikar tidak berproduksi lagi.
  6. Penjualan buku secara direc selling tidak bisa dilakukan secara leluasa alias bertemu langsung karena adanya covid-19 sehingga pemasaran kurang bisa maksimal.
Ilustrasi toko buku yang sepi peminat/ sepi pengunjung

Maka dari itu dalam rangka untuk mempertahankan Industri Penerbitan Buku , selama pandemic Covid 19 ini supaya tetap terus hidup dan dapat mencapai hasil penjualan buku yang maksimal maka kita perlu strategi pemasaran. Srategi Pemasaran biasanya hampir dipakai oleh semua wirausaha, intreprenur yang menjalankan bisnis.

Strategi pemasaran penjualan buku sangat dipengaruhi oleh banyak aspek dan unik . Kenapa demikian , hal ini dapat dilihat dari jenis – jenis buku yang di terbitkan. Jenis – jenis buku yang di terbitkan tersebut dikelompokkan menjadi katagori buku. Salah satu contoh Penerbit ANDI Offset menerbitkan buku cukup banyak katagori produk yaitu ada 32 katagori produk buku ( Katagori buku Anak, buku Bisnis, Buku Pertanian, Buku Fiksi – Novel, Buku Pengembangan Diri, Buku Teks , dll ).

Dari jenis – jenis katagori buku tersebut disinilah kita akan melakukan pemetaan berdasarkan segmentasi jenis katagori buku yang diterbitkan . Pada umumnya kegiatan pemasaran buku berkaitan dengan berkoordinasi beberapa kegiatan bisnis . Sehingga strategi pemasaran pada umumnya di pengaruhi oleh faktor yang meliputi :

  1. Faktor Mikro yaitu perantara, pemasok, pesaing dan masyarakat.
  2. Faktor Makro yaitu demografi-ekonimi, politik-hukum, teknologi-fisik dan sosial-budaya.

Saat ini kami dalam menjalankan bisnis Penerbitan Buku yang sedang kami terus jalankan masuk dalam faktor keduanya yaitu Faktor Mikro dan Makro. Hal ini dikarenakan Penerbit ANDI Offset sudah termasuk Industri Penerbitan buku, dengan usianya sudah mencapai 40 tahun dan telah menerbitkan buku lebih dari 15.000 judul buku yang telah di kelompokkan menjadi 32 katagori ( dapat di kunjungi ke website kami : http://www.andipublisher.com ).

Berikut 2 strategi pemasaran Buku:

A. Strategi Pemasaran Buku Serangan Udara (On Line )

  1. Pentingnya Transformasi Digital
    Dampak dari pandemi COVID-19 telah mengubah dunia menuju era Low Touch Economy. Era ini ditandai dengan interaksi antar individu yang minim sentuhan fisik atau low-touch, keharusan mengecek kesehatan dan keselamatan, perilaku yang baru hingga pergeseran di sektor-sektor industri., terutama sektor Industri Perbukuan. Perubahan ini tentu akan berdampak ke banyak hal, mulai dari tempat bekerja, Cara belajar – mengajar , kehidupan keluarga hingga aktivitas sosial. Strateginya yang utama yang kita pakai adalah Digital Marketing dalam melakukan transformasi mendasar pada bisnis penerbitan buku. Adapun Manfaat Digital Marketing antara lain: a) Biaya yang relatif terjangkau atau lebih murah. b) Daya jangkauan sangat luas. c) Mudah menentukan target pasar buku yang akan dikehendaki. d) Komunikasi dengan konsumen yang lebih efektif. e) Lebih cepat populer f) Sangat membantu meningkatkan omset penjualan.

Untuk penjualan buku lewat Online ini kita harus terus proaktiv untuk terus promosi , supaya kita dapat :

  • Menyebarkan informasi produk secara masif kepada target pasar potensial
  • Mendapatkan konsumen baru dan mempertahankan konsumen yang sudah ada sehingga kesetiaan konsumen terjaga.
  • Menjaga kesetabilan penjualan saat kondisi pasar lagi lesu
  • Menaikan penjualan dan profit
  • Membandingkan dan keunggulan produk dibandingkan dengan pesaing
  • Membentuk citra produk dibenak mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan
  • Mengubah tingkah laku ( yang kurang minat beli , menjadikan tertarik beli ) , persepsi dan pendapat konsumen.

Media Online yang dapat kita lakukan untuk promosi dan penjualan buku yaitu sudah tidak asing lagi yaitu lewat telepon, w.a, sms, email, telegram, FB, Instragram, youtube , dll.

Team pemasaran On line penerbit ANDI Offset mempunyai 20 staf tenaga pemasaran khusus menjangkau lewat dunia maya / on line. Sungguh luar biasa ya.

Team pemasaran On line penerbit ANDI Offset mempunyai 20 staf tenaga pemasaran khusus menjangkau lewat dunia maya / on line . Kami Penerbit ANDI juga memasarkan buku lewat marketplace yang telah di tunjuk oleh Kemendikbut R.I melalui blanja.con, blibli.com dengan Sistem Informasi Pengadaan Sekolah (SIPLah) guna mendukung pengadaan barang dan jasa (PBJ) di sekolah melalui penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Reguler. “Inovasi dan elektronifikasi sektor PBJ merupakan suatu keniscayaan. Hal ini juga sesuai dengan amanat dan kebijakan pemerintah untuk penguatan tata kelola keuangan pendidikan melalui Perpres PBJ Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018.”

2. Pemasaran Buku lewat Komunitas

Kita tentunya punya komunitas masing – masing sesuai dengan kapasitas kita untuk membentuk komunitas dan relasi , maka gunakanlah jaringan komunitas kita untuk sarana promosi dan penjualan buku . Penjualan lewat komunitas akan lebih efektive dan efisien sehingga tingkat keberhasilan nya lebih tinggi penjualan buku yang kita tawarkan. Kuncinya kita harus proaktive komunikasi dan interaksi dengan komunitas serta dapat menjaga integritas pribadi kita.

Kami Penerbit ANDI juga terus mengadakan aktifitas pemarasan lewat komunitas dengan mengadakan webinar lewat link Zoom , Live Youtube TV. ANDI, dengan tema – tema yang menarik.

B. Strategi pemasaran buku serangan Darat (OF LINE )

Untuk menguasai seluruh wilayah nusantara ini dalam penetrasi pasar buku , kita harus melakukan pemetaan wilayah dengan membuka cabang tiap kota besar yang potensi pasarnya sangat baik. Kami Penerbit Andi telah mempunyai 42 cabang di kota dari Aceh s.d Papua, dengan menempatkan tenaga pemasaran di tiap kantor cabang tersebut.
Strategi pemasaran buku serangan darat ini kita kelompokkan berdasarkan target pasar yang kita tuju, antara lain :

1. Toko Buku

Penerbit Buku yang mampu memproduksi sendiri dan mempunyai mesin percetakan sendiri , sebagian besar sebagai pemasok Toko buku di Indonesia. Untuk bisa masuk dan sebagai pemasok rutin di toko buku maka kita perlu pemetaan jenis toko buku. Toko buku ini kita petakan menjadi tiga jenis yaitu Toko Buku Modern, Toko Buku Semi Modern, dan Toko Buku Tradisional. Kenapa kita perlu petakan jenis toko buku tersebut , hal ini dikarenakan tiap jenis toko buku tersebut mempunyai sistem administrasi dan tempat yang berbeda. Contoh toko buku modern yaitu Gramedia Books Store, Gunung Agung Books Store dan TogaMas Books Store. Toko Modern ini mempunyai sistem transaksi mengikuti perkembangan teknologi yang dapat dikendalikan dengan sistem sentralisasi dan sebagainya. Adapun toko buku semi modern biasanya masih dikendalikan dan mengunakan sistem administasi penjualan per toko . Sedangakan Toko Tradisional biasanya sistem transaksinya masih manual. Untuk itu saluran toko buku tersebut di atas masih dijadikan jalur distribusi oleh para Penerbit buku dengan sistem titip jual / konsinyasi, kecuali toko buku tradisional diberlakukan kredit dan jual putus. Strategi Promosi di toko buku Modern ada berbagai macam cara yang perlu kita lakukan, antara lain: a) Menguasai display buku supaya tampilan buku lebih menonjol/ dapat lebih terlihat b) Mengadakan promosi di internal toko dengan memasang produk promo maupun baner promosi atau sound sistem promosi. c) Mengadakan bedah buku pada even tertentu d) Mengadakan promosi tematik sesuai bulan berjalan e) Proaktif dengan internal produsen buku, termasuk di dalamnya sharing. Selain kelima hal itu juga perlu diperhatikan ketersediaan stok buku.

2. Directselling / kunjungan langsung
Pemasaran Buku melalui Directselling ini kita petakan berdasarkan jenis katagori buku yang kita terbitkan . Jenis Katagori buku penjualan lewat Directselling ini kita bagi menjadi beberapa target pasar yaitu :

  • Buku Pendidikan (Buku mata pelajaran Utama dan buku pendamping untuk jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK).
  • Buku Teks Perguruan Tinggi untuk semua mata kualiah
  • Buku Referensi untuk jenjang TK, SD, SMP, SMA-SMK , Perguruan Tinggi dan umum

3. Melakukan Event – Event

Aktiv dalam melakukan event – event seperti event Pameran buku, dalam seminar, workshop, Tryout, dan sebagainya.

Demikian yang dapat disampaikan Bpk Agustinus Subardana tentang strategi pemasaran buku secara singkat, dan masih banyak lagi strategi pemasaran buku yang terus berkembang. Akhir kata tim pemasaran penerbit Andi sebagai “Tenaga pemasaran buku sangat bangga sebagai ujung tombak dalam menyebarluaskan karya – karya tulisan ilmu pengetahuan yang sangat berdampak sekali melalui jalur non formal ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia.”

Wow…. menarik sekali bukan materi pelatihan belajar menulis hasil dari menyimak materi dari nara sumber yang hebat Bpk. Agustinus Subardana. Semoga ini semakin menambah pengetahuan dan wawasan kita semua dalam berliterasi.

Salam literasi tiada henti, salam santun.

Kategori:Pendidikan

Menguak Rahasia Penerbit Mayor ( Resume Ke-14 )

5 November 2020 4 komentar

Selamat pagi tamu istimewa dan sabahat semua. Salam literasi tiada henti.

Akhirnya kita memasuki resume yang keempat belas dalam pelatihan belajar menulis. Narasumber kesohor kali ini adalah Bpk Edi S. Mulyanta ( Manajer Produksi Penerbit ANDI ). Wow … luar biasa.

Oh,ya. Tugas seorang Manajer Operasional adalah mengamati trend konten buku yang tersebar di pasar, kemudian memberikan resume tema apa yang sedang menarik pasar pada saat itu. Cukup berat juga ya. Kemudian kita petakan pesaing, dan target penulis yang menjadi sasaran. Setelah resume kita temukan, langkah selanjutnya adalah mencari prospek penulis yang mempunyai kemampuan seperti trend yang sedang kita pelajari. Terkadang memang calon penulis justru mempunyai insting yang lebih tajam dari penerbit, sehingga sering terjadi penerbit tertinggal informasi dibandingkan dengan penulis. Hal inilah yang menarik, karena penerbit belajar dari data-data histori pemasaran sedangkan penulis terkadang telah melangkah lebih jauh dengan prediksi yang mungkin telah diplajari sebelumnya.

Penulis menguasai konten, sedangkan penerbit menguasai data pemasaran. Langkah yang dilakukan adalah melakukan link and match antara data history dan data trend ke depan. Inilah pentingnya komunikasi yang harus dijalan antara calon penulis dengan calon penerbitnya, karena keduanya terkadang dalam cara pandang yang berlainan.Penulis lebih ke konten yang dikuasai, sedangkan penerbit lebih banyak bobot pemasarannya. Penulis memerlukan media untuk menyampaikan maksud dan tujuannya menerbitkan buku. Hal ini yang menjadi kunci keberhasilan untuk dapat masuk ke dunia penerbitan, yang memang disamping masalah pasar yang diperhitungkan, ada masalah idealisme yang dipegang oleh penerbit. Setiap penerbit mempunyai idealisme masing-masing, terkadang Penerbit secara alamiah akan tersegementasi dalam kemampuan menelaah materi dan cara menjualnya.

Penerbit ” Andi ” tergabung dalam organisasi yang diakui oleh pemerintah yaitu IKAPI (ikatan penerbit indonesia) dan APTI (asosiasi penerbit perguruan tinggi). Penerbit ini yang secara hukum diperbolehkan mengeluarkan ISBN di bawah Perpustakaan Nasional. IKAPI para pemainnya adalah penerbit dan percetakan murni mencari keuntungan, sedangkan APTI adalah tandingannya yang lebih mementingkan kualitas terbitan yang sesuai dengan keilmuan kampus lembaga pendidikan tinggi. Secara Industri, IKAPI lebih mudah bergerak di pasar, karena genre terbitannya sangat luas dan mudah diterima berbagai kalayak. Berbeda dengan target market APTI yaitu untuk lembaga pendidikan tinggi yang menekankan pada Tridarma Perguruan tinggi.

Segementasi anggota IKAPI terjadi secara alamiah, hal ini diperlukan oleh calon penulis untuk dapat memutuskan ke mana calon tulisannya dapat dilabuhkan. Karena anggota IKAPI yang berjumlah 1000-an tentunya akan sulit diamati secara detail. Kuncinya untuk mempermudah hal tersebut seringkali calon penulis akhirnya membagi penerbit dalam istilah Penerbit Mayor dan Penerbit Minor. Hal ini semata untuk memudahkan saja dalam mengidentifikasi penerbit.

Penciri penerbit mayor dan minor semakin kentara dalam pemilihan kode nomor ISBN, unuk mempermudah skala produksi masing-masing penerbit. Dan hal ini digunakan oleh lembaga DIKTI untuk memberikan penilaian tersendiri terhadap penerbit tersebut. Sebagai calon penulis kita dapat melihat pula histori hasil terbitan masing-masing penerbit untuk dapat memutuskan kemana calon terbitannya ditawarkan ke penerbit. Apabila kita mempunyai tulisan Fiksi, penerbit yang memang kuat di pasar buku Fiksi, sehingga kita bisa mengirimkan naskah ke sana, jangan keliru mengirimkan naskah ke penerbit yang lebih kuat di Non Fiksi. Begitulah caranya.

Langkah mudah untuk pengenalan awal penawaran tulisan kita, adalah dengan membuat semacam proposal penawaran penerbitan buku terlebih dahulu. Proposal ini dapat dikirimkan ke e-mail penerbit penerbit yang menjadi sasaran tulisan kita.

Isi Proposal ini adalah meliputi:

  1. Judul Utama Buku.
  2. Sub judul jika diperlukan (sub judul ini memberikan penciri tersendiri untuk mempermudah pencarian tema) Biasanya judul utama dapat sama dengan judul-judul yang ditulis oleh penulis lain, sub judul ini sebagai ciri khas dari tulisan seseorang.
  3. Outline lengkap naskah kita, dalam bentuk Bab-bab dan sub bab yang jelas hirarkinya.
  4. Target pasar sasaran tulisan bapak ibu, misalnya buku ini untuk Guru, Murid, atau Orang tua, atau tulisan umum semua lapisan masyarakat.
  5. Tulislah Curicullum Vitae dalam bentuk narasi. Ini sangat penting untuk melihat kepakaran seseorang di bidang apa, atau menonjol di bidang apa. Hal ini digunakan oleh bagian pemasaran untuk melihat besarnya potensi calon pembaca penulis tersebut.

Setelah lengkap ke-5 hal tersebut, akan lebih afdol lagi jika sekalian menyertakan satu bab sampel. Satu bab sampel ini akan ditelaah oleh bagian editorial, untuk melihat gaya penyampaian. Untuk melihat pemilihan kata (diksi) kalimat yang dipilih, serta gaya penyampaiannya. Untuk tema-tema tertentu gaya penyampaian ini sangat diperlukan, untuk dapat menggaet pembaca. Setiap pembaca mempunyai kecenderungan menyukai gaya tertentu dari penulisnya. Misalnya penulis menggunakan kalimat-kalimat aktif akan lebih banyak disukai oleh pembacanya dibanding dengan kalimat-kalimat pasif. Kita juga tanpa sadar akan lebih banyak menggunakan kalimat pasif, karena saat kita skripsi, tesis, hingga disertasi 100 persen menggunakan kalimat pasif. Berbeda dengan gaya penyampaian di Buku yang lebih powerfull jika menggunakan kalimat aktif. Inilah bedanya.

Setelah itu jangan sungkan-sungkan kita mengirimkan naskah ke beberapa penerbit, supaya dibaca oleh editor atau redaktur penerbit. Rata-rata penerbit memperlakukan Proposal Penerbitan buku kita sudah selayaknya naskah atau bakal buku yang akan terbit. Sehingga akan melalui beberapa reviu, dari proposal yang telah kita tawarkan.

Tahap yang penting selanjutnya adalah tahap check plagiasi, yang dilakukan oleh editor bahasa. Tahap ini akan meneliti seberapa besar kita melakukan plagiasi terhadap tulisan lain. Cek plagiasi bisa dilakukan menggunakan aplikasi dan secara manual oleh editor-editor kami yang berpengalaman. Hasil dari cek plagiasi berupa laporan derajat plagiasi, yang sebenarnya secara detail dilakukan saat telah diterimanya naskah untuk diterbitkan. Jika terjadi plagiasi di batas ambang yang kita tentukan, naskah akan dikembalikan untuk dimohonkan dilakukan revisi. Plagiasi ini meliputi teks dan gambar yang disadur tanpa memberikan sumber yang jelas. Sebaiknya jika kita menulis naskah, selalu cantumkan sumbernya untuk naskah non fiksi. Sedangkan naskah fiksi, tidak diperlukan sumbernya.

Langkah akhir yang tidak kalah pentingnya, adalah membuat resume, abstract, atau calon sinopsi buku. Yang biasanya diletakkan di back cover buku. Sinopsis sebaiknya ditulis oleh penulisnya sendiri, jangan serahkan ke penerbit, karena penerbit biasanya tidak menguasai dengan detail materi. Setelah buku dinyatakan diterima, jangan berhenti sampai di sini. Carilah endorsment-endorsement dari tokoh-tokoh yang dianggap mumpuni di bidangnya atau pejabat masyarakat yang dikenal, artis, dll yang mempunyai follower atau massa banyak. Hal ini lebih ke strategi pemasaran buku ke depannya.

Berikutnya adalah tentang ISBN. Bisa kita lihat Publication Element, itu adalah jumlah produksi yang telah dilakukan pihak penerbit dalam kurun waktu tertentu. Penerbit Andi skala produksi terbitannya adalah 4 digit.

Penerbit Indie mungkin skala terbitannya hanya 1 digit, nah itulah penciri yang dapat dilihat penerbit tersebut mempunyai ISBN penerbit skala minor atau mayor. Mudah sebenarnya membedakannya. Registrant element, juga dapat dilihat sebagai penciri skala penerbitnya .. semakin kecil registrant element penerbit tersebut mempunyai skala terbitan yang besar.. terlihat di Publication Element… inilah yang menjadi acuan DIKTI dalam menentukan outcome penulis diterbitkan oleh siapa. Penerbit di bawah APTI biasanya adalan penerbit-penerbit kampus atau PRess Kampus. UGM PRESS, ITS PRESS, ITB PRESS, UI PRESS dll adalah penerbit di bawah APTI. Usahakan kita dapat menerbitkan di penerbit anggota IKAPI, sehingga angka kredit Guru dapat mempunya value yang baik.

Untuk mengirim naskah atau proposal kita dapat mengirimkan ke alamat di naskahandi@gmail.com. Diharapkan dapat dibuat subject Belajar Menulis Gel. 16 untuk bpk Edi Penerbitan. Wah …sudah jelas sekarang.

Banyak penerbit IKAPI yang mengelola terbitan Antoligi Pusisi, Cerita Pendek, Novel. Bapak ibu dapat mengirimkan ke sana, karena kans untuk terbit biasanya cuku besar. Ada penerbit yang mengkhususkan anak perusahaannya untuk menerbitkan buku fiksi istilahnya Imprint (anak terbitan). Di Andi kita mempunyai Imprint Sheila yang menangani terbitan Fiksi. Memang jumlah terbitannya masih sedikit. Berikut ini adalah daftar anggota IKAP https://www.ikapi.org/anggota-ikapi/ …. kita bisa cermati beberapa penerbit tersebut dan coba googling karya-karya terbitannya tentu akan dapat melihat profil penerbit tersebut.

Sedikit gambaran. Banyak penulis yang menganggap dirinya masih pemula. Andrea Hirata yang sangat terkenal saat memasukkan naskah pertamanya ke penerbit pasti dihinggapi rasa minder yang sama rasakan dengan bapak ibu sekarang. Naskah Andrea Hirata juga ditolak di sana-sini oleh penerbit Mayor, Minor. Jika melihat histori Andrea Hirata, tidak ada data yang tersimpan yang dapat dipelajari CV-nya saat awal menawarkan naskah. Nah bisa kita bayangkan jika Andrea Hirata memutuskan untuk tetap menyimpan potongan-potongan tulisan Diarynya tersebut. Laskar pelangi tidak akan menjadi sejarah terbitan buku yang melampaui rekor jumlah terjual bukunya saat ini. Jadi dapat kita berkaca dari Andrea Hirata yang fenomenal. Catatan tulisan Andrea Hirata Pra Laskar Pelangi tidak ada jejak sama sekali. Bagaimana penerbit dapat yakin kalau tulisan tersebut bisa meledak di pasaran. Memang buku best seller di Indonesia biasanya terjadi karena Blessing .. atau karunia… bukan karena By Design.. jadi kesempatan itu selalu ada. Optimislah.

Apabila melihat data IKAPI, jangan terpaku dengan satu penerbit. Ada puluhan penerbit yang saat ini butuh sekali naskah yang bisa meledak semacam Laskar Pelangi hingga KKN di Desa Penari. Semua kemungkinan masih ada, sehingga kita harus berani mencoba. Meskipun saat ini semua penerbit juga terdampak pandemi, sehingga melambat dalam merespon tulisan. Melambat dalam pemroses naskah, dan melambat dalam memasarkan buku. Akan tetapi pihak penerbit masih optimis ke depan pasca pandemi ini, pasar buku akan semain bergairah di semua lini media.

Jadi, setelah menyimak materi dari narasumber kali ini beranikah kita mengirimkan naskah untuk diterbitkan jadi buku di Penerbit Mayor?

Sekian, terimakasih. Salam literasi tiada henti. Salam santun.

Kategori:Belajar Menulis

Menulis Buku dan Menembus ke Penerbit Mayor ( Resume Ke-13 )

3 November 2020 13 komentar

Selamat pagi segenap tam uistimewa dan sababat semua. Salam literasi tiada henti. Salam santun.

Memasuki resume ketigabelas narasumber kali ini menampilkan tokoh yang bukan main-main. Beliau yang menjabat sebagai Direktur penerbitan penerbit ANDI (Penerbit Mayor). Materinya spesial tentang bagaimana kiat menulis dan bisa menembus ke penerbit mayor. Tentunya ini sangat menarik. Keren…!

Seperti kita ketahui bersama bahwa penulis itu banyak sekali,namun tulisan yang bisa menembus penerbit mayor itu tidak sebanyakjumlah tulisannya. Hal ini karena banyak guru yang hebat ini telah mumpuni menulis tetapi karena kurang komunikasi alias bergaul dengan para penerbit sehingga tidak tahu sebenarnya naskah seperti apa yang dimaui penerbit.

Pertama kali Beliau belajar menulis adalah sejak kelas 1 SD, yang mengajari saya menulis adalah Guru SD saya. Jadi sekarang Beliau merasa malu jika dikatakan akan mengajari guru-guru yang hebat (peserta pelatihan belajar menulis) ini untuk menulis..

Sebelum kita menulis dan berkeinginan tulisan kita dapat diterbitkan menjadi buku di penerbit mayor, kita sebaiknya mengetahui dulu produk buku di pasar. Mengapa hal ini sangat penting? Ya, karena ini menentukan ke arah mana tulisan kita nanti.

kelompokbuku di seluruhdunia sudah lazimdigambarkan sebgai mirip sirip ikan. Dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu buku teks ( buku yang selalu digunakan dalampengajaran) dan buku non teks ( buku yang tidak selalu digunakan dalam pengajaran).

Jika kita mau jujur,kita bisa introspeksi diri kita sendiri kira-kira kita berada di level mana terkait level kepenulisan kita.

Bagi para peserta pelatihan belajar menulis jelas sudah berada di level teratas, yaitu Ya, Aku siap melakukan menulis!

Memang tingkat literasi negara Indonesia masih kalah dengan negara lain. Hal ini memang karena kita belum menjadikan berbudaya literasi karena sejak lama belum ada gerakan menumbuhkan budaya literasi. Misal jika ada waktu senggang, maka orang Indonesia biasanya suka melihat televisi, nonton film, dsb. Selain itu minat menulis, minat membaca bangsa Indonesia masih kurang. Masih kalah dengan mengobrol, bercerita, dsb. Padahal sesungguhnya orang yang pandai berserita sebenarnya juga bisa menulis, karena dia sudah tentu punya bahan cuma masih dalam ucapan/kata-kata verbal, belum dituliskan.

Bagaimana sekarang. Tertarikkah menulis buku dan menerbitkan di penerbit mayor seperti penerbit ANDI?

Salam literasi tiada henti, salam Santun.

Kategori:Belajar Menulis

Ayo Menjadi Bukan Guru Biasa (Resume Ke-12 )

Selamat pagi tamu istimewa dan sahabat semua. Salam santun.

Menjadi guru yang setiap hari datang sebelum pukul 07.00 lalu mengajar. Setelah itu pulang pukul 13.00. Habis mengajar lalu pulang. Begitu rutin dilakukan setiap hari selama bertahun-tahun. Mungkin hal seperti itu sudah termasuk kriteria guru yang baik. Namun jika seandainya tidak bisa menggunakan laptop, tidak pernah ikut lomba guru berprestasi, tidak pernah menulis buku atau pun berliterasi. Tidak pernah ikut berorganisasi atau ikut gerakan perubahan dan kemajuan guru. Mungkin itu mah termasuk guru biasa. Maka kini saatnya menjadi bukan guru biasa. Bukan guru biasa itu yang bagaimana sih? Contohnya siapa? Tentu saja ada. Sebenarnya banyak sosok guru yang bukan guru biasa. Salah satunya Ibu Theresia Sri Rahayu, S.Pd.SD yang lebih dikenal dengan sebutan Cikgu Tere.

Melihat biodata Cikgu Tere rasanya wow… luar biasa. Itu bukan guru biasa. Nah, Hari ini dalam pelatihan belajar menulis Cikgu Tere mengangkat topik, “Bukan Guru Biasa”. Topik ini pernah disampaikan pada Om Jay ketika Om Jay meminta Beliau untuk berbagi pengalaman kepada Bpk/Ibu peserta pelatihan belajar menulis terkait proses penulisan dan penerbitan buku. Mengapa mengangkat topik, “Bukan Guru Biasa?” Karena menurut Cikgu Tere, kita semua yang mengikuti kegiatan pelatihan belajar menulis adalah guru – guru yang hebat dan luar biasa. Bahkan, layak menyandang predikat, “Bukan Guru Biasa”.

Saat ini, kita berada dalam masa pandemi. Di mana kita dipaksa untuk beradaptasi dengan segala bentuk perubahan. Dan pada setiap perubahan itu, pasti kita akan mengalami situasi yang tidak nyaman. Akibat dari ketidakbiasaan tadi. Banyak guru di luar sana yang memilih untuk menyerah pada keadaan dibandingkan dengan menciptakan situasi baru atau keluar dari situasi yang dianggapnya tidak nyaman. Hal ini tentunya akan menjadikan situasi pandemi saat ini sebagai sebuah masalah atau bahkan musibah. Namun, tak sedikit juga, guru yang justru menemukan berkah di balik musibah. Yang tadinya tidak mengerti dengan pembelajaran daring berbasis teknologi, sekarang sudah piawai menyelenggarakan kelas online. Bahkan bisa menularkan ilmunya pada rekan guru yang lain. Yang tadinya tidak bisa menulis buku, sekarang bisa menulis buku. Dan masih banyak kisah sukses lainnya. Cikgu Tere pun pada awalnya merupakan seorang guru yang kebingungan dengan kondisi seperti saat ini. Sampai akhirnya, bergabung dengan grup WA pelatihan belajar menulis gelombang 4.

Selama mengikuti kegiatan belajar menulis di gelombang 4, Cikgu Tere mendapat banyak sekali ilmu pengetahuan dan bekal keterampilan terkait dunia menulis. Dari awalnya menulis resume sebagai rangkuman materi belajar, sampai menulis artikel untuk lomba dan bahkan menulis bacaan untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran. Termasuk juga menulis buku untuk berbagai kepentingan. Banyak proses yang dilalui untuk dapat menulis artikel dan bahkan buku. Perlu jam terbang, konsistensi, dan kesadaran dari kita masing – masing. Beliau sendiri senang menerima tantangan yang diberikan oleh para narsum, seperti Bunda Lilis Sutikno yang menantang agar jadi peresume tercepat dan menulis buku dalam waktu seminggu bersama Prof. Richardus Eko Indrajit dan Penerbit Andi.

Terkait jam terbang, ini adalah hal yang paling penting bagi seorang penulis. Terutama untuk mencegah terjadinya writter blocks. Bagi para penulis pemula, hal ini pasti sering terjadi. Apalagi jika kita termasuk orang yang menulis dengan mengandalkan mood / suasana hati. Menulis harus dilakukan di mana saja, kapan saja dan bagaimana saja caranya. Agar jam terbang kita terus meningkat. Setiap ada waktu luang digunakan untuk menulis walau hanya sekelumit kata. Itu akan manfaat.

Beberapa hari ini, Cikgu Tere mengamati gaya menulis peserta pelatihan belajar menulis. Dan ternyata banyak diantaranya yang sudah sangat baik dalam menulis. Alurnya jelas dan kalimat – kalimatnya rapi sehingga paragraf pun menjadi padu dan akhirnya resume pun menjadi enak untuk dibaca karena isinya mengalir. Jika telah menyelesaikan kegiatan pelatihan ini, peserta pelatihan belajar menulis pasti dapat menulis buku karya sendiri dengan baik. Asal konsisten dan fokus.

Khusus untuk menulis buku, Cikgu Tere membagikan pengalamannya dalam menulis buku yang dirangkum dengan kata IDOLA, yaitu :
I = Identifikasi topik menarik
D = Daftar semua judul luar biasa
O = Outline terperinci akan membantu
L = Lanjut menulis isi bab
A = Atur layout sesuai permintaan penerbit

Terkadang, keluarga dan sahabat pada heran karena Cikgu Tere selalu kelihatan sibuk ini dan itu. Seringkali pula menghabiskan waktu berjam – jam untuk menulis. Bahkan sampai lembur. Namun, baginya hal itu adalah hal yang biasa. Karena Beliau merasa bahwa passionnya memang menulis.

Mengapa Cikgu Tere tertarik mengikuti kegiatan belajar menulis ? Berikut ini adalah beberapa alasannya :

  1. Melakukan hobi (hobinya adalah menulis. Sejak kelas 3 SD sudah menulis cerita dan bahkan buku sederhana yang dikliping / tidak diterbitkan)
  2. Mengupgrade skill menulis (bergabung dengan penulis lain, membuatnya terus termotivasi untuk belajar jurus – jurus baru dalam menulis)
  3. Mengekspresikan diri (Menulis adalah sarana menuangkan ide atau pemikiran yang sangat produktif. Kita bebas menjadi siapa saja dan menggali imajinasi kita seluas – luasnya)
  4. Jembatan meraih prestasi. (Menulis mendatangkan banyak manfaat, di antaranya berbagai apresiasi sebagai bonus dari menulis. Contoh apresiasi yang pernah diterimanya adalah : blogger inspiratif, penulis cerita mini terbaik, kreator artikel terbaik, penulis beberapa judul buku (indie dan mayor), Tim Reviewer dan Uji Keterbacaan Modul Literasi dan Numerasi, Tim pengembang konten artikel di Komunitas Belajar Guru Penggerak Kemdikbud. Hal ini merupakan pencapaian terbesar dalam hidup Cikgu Tere, terlebih ketika sudah menjadi seorang guru. Dan terutama di masa pandemi seperti saat ini.

Berkat menulis di blog, keterampilan menulis Beliau terus menerus terasah dan akhirnya tanggal 1 Oktober 2020, mendapat apresiasi dari Direktorat Jenderal Pendidikan Sekolah Dasar Kemdikbud sebagai Kreator Konten Artikel Terbaik dalam Lomba Pancasila Bakti 2020. Hadiahnya sangat besar yaitu 10 juta rupiah, dalam bentuk media pembelajaran. Wow… benar-benar luar biasa!

Apakah kita dapat membayangkan ketika tulisan kita sebanyak 3 – 4 halaman dibayar dengan nominal sebesar di atas ? Luar biasa sekali, bukan?

Om Jay sering mengatakan bahwa kita harus menulis setiap hari karena akan mendatangkan keajaiban. Dan ternyata Cikgu Tere sudah merasakannya, Jadi banyak sekali manfaatnya jika kita menulis dengan konsisten. Beberapa kali Cikgu Tere lolos seleksi lomba tingkat nasional, salah satunya karena ada jejak digit melalui tulisannya di media sosial dan blog. Ketika panitia lomba ingin mengetahui profil kita, mereka cukup mengetik nama kita di browser. Lalu, mereka akan mendapat semua informasi yang diinginkan. Inilah pentingnya personal branding.

Tidak ada seorang penulis yang langsung besar. Semuanya berawal dari penulis yang kecil dulu, namun lama kelamaan karya tulisnya akan dihargai orang, asalkan, dia terus konsisten dalam menulis. Bisa di blog maupun di media sosial.Dan tak kalah pentingnya, bersikaplah terbuka dan positif terhadap saran serta kritik dari para pembaca. Berlakulah sebagai pembaca tulisan kita sendiri ketika sudah selesai menulis, agar kita berlatih objektif. Sehingga tulisan kita akan tetap terjaga kualitasnya.

Kesimpulan : untuk dapat memantaskan diri menjadi bagian dari “Bukan Guru Biasa”, hendaknya kita selalu melakukan 3 B yaitu: Belajar, Berkarya, Berbagi. Cari ilmunya, tuangkan lewat karya nyata, dan bagikan karya tersebut hingga dapat menginspirasi orang lain.

Tidak ada kata terlambat untuk memulainya. Sekarang saat yang tepat menata niat dan memfokuskan tujuan/gol. Inilah saatnya bermetamorfosa menjadi Bukan Guru Biasa seperti Cikgu Tere. Berani?

Demikian resume keduabelas kali ini. Semoga bisa menjadi motivasi dan inspirasi bagi kita semua. Salam literasi tiada henti. Salam santun.

Kategori:Belajar Menulis

Ya Mengajar Ya Wirausaha, Kenapa Tidak? ( Resume Ke-11 )

29 Oktober 2020 4 komentar

Selamat pagi tamu istimewa dan sahabat semua. Salam santun.

Pada pertemuan kesebelas Belajar Menulis bersama Om Jay kali ini menampilkan narasumber hebat yang merupakan sosok seorang pengajar, juga penggiat literasi sekaligus pelaku wirausaha sukses. Siapa lagi, Beliau adalah Ibu Betti Risnalenni seorang Kepala Sekolah TK SD Insan Kamil Bekasi.

Sampai sekarang Beliau masih mengajar walau mendapat jam sedikit. Itu juga sudah cukup menguras pikiran juga karena masa pandemi saat ini guru dituntut harus lebih kreatif lagi dalam mengajar, karena melakukan pembelajaran non tatap muka. Kita sebagai guru mempunyai peluang besar untuk menjadi pengusaha karena kita mempunyai pangsa pasar yang luas. Mulai dari murid, orang tua murid, teman seprofesi dan lain-lainnya. Bukan berarti kita aji mumpung, atau memanfaatkan orang lain.

Pada saat-saat tertentu kalau ada kesempatan kepala Bu Betti sering ‘berputar’ dan memikirkan kira kira kalau jualan, apa ya yang akan dibeli orang atau diperlukan orang. Insting wirausaha Bu Betti berkobar setiap melihat ada peluang. Apalagi setelah mendapat ilmu baru dalam hal berdagang yaitu belajar lewat pelatihan UMKM.

Jadi Beliau memulai berwirausaha itu sejak Beliau membuka kursus alias jualan materi. Pada awalnya membuka kursus Aritmatika tahun 1996. Kemudian menulis buku aritmatika dan menjualnya sendiri dengan mengadakan pelatihan-pelatihan. Ibaratnya sambil menyelam minum air.
Itu dimulai pada tahun 1998. Dan bahkan sampai memiliki 24 cabang untuk daerah bekasi saja, belum termasuk luar daerah. Dan pada tahun 2003 mulai mendirikan sekolah TK dan TPQ. Pada tahun 2004 mulai dengan SD. Itu juga usaha , walau itu bukan profit yang kita tujukan sebagai tujuan utama. Profit dengan serta merta ikut serta mengikuti pengabdian dan keikhlasan mengemban amanah sebagai pendidik.

Dan karena musibah Covid ini usaha yang baru dirintis juga mengalami kemacetan yang sangat berdampak nyata di segala lini. Tak terkecuali dengan bidang usaha yang dijalani Bu Betti. Alhamdulillah, pada masa pandemi ini pemerintah kota Bekasi dan Indonesia pada umumnya sangat memperhatikan UMKM sehinggan Beliau dapat mengikuti berbagai pelatihan-pelatihan dengan gratis,terutama tentang BOGA. Dan akhirnya produk Bu Betti pun sudah mendapatkan ijin PIRT dan sertifikat halal dari pemerintah. Luar biasa.

Berikut tips berwirausaha dari Bu Betti tanpa mengesampingkan tugas utama. Kalau buka usaha sendiri itu kita bisa sesuai dengan ide dan keinginan kita walau kita harus lebih kerja keras karena kita sendirian. Kita buat situasi kerja yang enak saja dengan rekan kerja kita. Kalau saya di sekolah itu sudah seperti saudara sendiri. Perselisihan atau perbedaan pendapat itu pasti ada, tetapi ya harus segera diselesaikan dengan baik.

Alhamdulillah dengan mendirikan sekolah saya banyak berkenalan dengan orang dan banyak kegiatan yang membuat saya bisa berprestasi dan wawasan saya menjadi bertambah luas. Sebenarnya kalau mengajar dan menjadi pengusaha itu kalau usahanya sudah jalan sih sebenarnya bisa saja mengaturnya. Kalau salah satunya masih baru, ya lumayan sibuk juga. Apalagi kalau di situ padat kegiatannya. Harus pandai-pandai memenej waktu. Ada saat harus mengajar, dan ada saat berdagang.

Jadi Guru harus profesional. Tapi jadi guru juga harus sukses secara finansial. Kalau guru kaya, maka mengajarnya lebih totalitas. Berhubung Bu Betti bukan guru PNS maka penghasilannya harus ditambah dari sumber lain. Awalnya jadi pengusaha juga gara-gara menulis dan dirasakan menulis itu bisa menghasilkan uang juga. Jadi pada awalnya menjadi guru yang keliling memberikan pelatihan menulis buku. Dan itu sudah menjadi pilihan Bu Betti. Jadi guru dan pengusaha yang arahnya tentang kependidikan juga. Dan ternyata… Menteri Pendidikan kita Bpk Nadiem Makarim adalah murid Beliau sewaktu Beliau mengajar di SD Al Izhar Pondok Labu. Wow … amazing!

Sampai sekarang jiwa literasi Bu Betti tetap berkobar, Beliau sangat antusias dalam kegiatan literasi. Suatu saat Beliau menginginkan pasti bisa santai dan konsen untuk menulis. Beliau mempunyai 2 TBM ( Taman Bacaan Masyarakat ). TBM Insan Kamil dan TBM Kartini Kreatif. Selain itu juga ikut di gareulis, kebetulan pengurus juga.

Yang penting dalam menjalani apa saja itu harus dilakukan dengan konsen, fokus dan bersungguh-sungguh. Pengalokasian waktu juga penting agar semua bisa terlaksana dengan baik. Satu lagi, kita harus pede dan yakin kita bakal sukses.

Demikian resume kali ini. Ada yang ingin meniru Bu Betti? Kenapa tidak. Yuk semangat. Ya mengajar ya wirausaha. Salam santun.

Kategori:Belajar Menulis